A. JUDUL
Pengaruh olahraga renang gaya dada sebagai
Hidro Therapy Terhadap Penurunan
Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma SDN Sekecamatan Sukomanunggal.
B. LATAR BELAKANG
Hidro therapy atau
terapi air adalah metode perawatan dan penyembuhan dengan menggunakan air untuk
mendapatkan efek-efek terapis (chaiton, 2002). Secara kusus, air memiliki kualitas
untuk mencapai respon tubuh yang bias menyembuhakan simpton-simpton dan
meningkatkan mekansme tubuh dalam menghadapi ancaman exsternal. Media air bisa
digunakan karena factor buoyancy
(keterapungan) baik di kolam renang maupun kolam terapi. Air dapat digunakan
sebagai terapi dalam kondisi panas, hangat, netral (tempratur tubuh), dingin,
atau dalam kondisi beku (es).
Hidro
therapy sesungguhnya merupakan metode terapi dengan pendekatan “low-tech” yang mengandalkan pada
respon-respon tubuh terhadap air. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari
terapi air antara lain: untuk mencegah flu/demam, memperbaiki fertilitas, menyembuhkan kelelahan,
meningkatkan fungsi imunitas, meningkatkan energi tubuh, dan membantu
kelancaran sirkulasi darah (chaiton, 2002; Bates A, & Hasen N, 1996). Salah
satu contoh perawatan terapi air yang sederhana adalah dengan cara mandi dengan
air yang lebih dingin dari biasanya. Dengan mandi air yang lebih dingin
memungkinkan mengeluarkan jumlah dan panjang dingin yang lebih lama.
Air adalah media yang sangat ideal bagi program rehabilitasi, ketika berdiri pada kedalaman sebahu maka terjadi
pengurangan berat badan sebesar 90%, selain itu air juga mngurangi tekanan musculoskeletal dan persendian (rujito,
2008). Contoh lainnya ialah terapi kolam renang dengan air hangat yang memberi
dampak kebebasan bergerak bagi pasien dan mengurusi rasa sakit. Terapi di dalam
kolam renang memungkinkan untuk berdiri bebas tanpa pegangan sehingga memiliki
manfaat tidak terjadi benturan dan tekanan sebagaimana bila dilakukan di
daratan. Artinya, terapi dengan media kolam renang sangat banyak manfaatnya
pada penderita dengan gangguan muskuloskalatal.
Olahraga renang adalah olahraga yang paling baik untuk penyembuhan asma,
apalagi penderita asma tersebut masih berusia muda. Olahraga ini pasti menjadi
rekomendasi Dokter-Dokter Umum maupun Dokter Spesialis Paru-Paru.
Kenapa harus
renang?
1. Berenang mampu menggerakkan hampir keseluruhan otot-otot pada
tubuh, mulai dari kepala, leher, anggota gerak atas, dada, perut, punggung,
pinggang, anggota gerak bawah, dan telapak kaki. Saat bergerak di dalam air,
tubuh mengeluarkan energi lebih besar karena harus ‘melawan’ massa air yang mampu
menguatkan dan melenturkan otot-otot tubuh.
2. Dengan berenang, sistem kardiovaskular dan pernafasan akan menjadi
kuat. Penafasan menjadi lebih sehat, lancar, dan juga lebih panjang.
3. Gerakan mendorong dan menendang air dengan tangan dan kaki, dapat
memacu aliran darah ke jantung, pembuluh darah, dan paru-paru. Berarti,
berenang mampu meningkatkan kemampuan fungsi jantung dan paru-paru.
4. Berenang dapat menghilangkan stres. Gerakan berenang yang
dilakukan dengan santai dan perlahan, mampu meningkatkan hormon endorfin dalam
otak. Selain suasana hati menjadi lebih sejuk dan pikiran yang lebih adem,
aktivitas berenang jauh dari rasa gerah seperti olah raga lain.
Ke-4 alasan diatas telah menjelaskan betapa pentingnya olahraga renang
untuk melatih pernafasan, mengilangkan rasa takut dan stress bagi para
penderita asma. Seperti yang diketahui juga, banyak atlit juara renang dulunya
adalah penderita asma. Olahraga ini juga meningkatkan hormon adrenalin sehingga
para penderita asma lebih mampu untuk bertahan hidup.
Agama Islam bahkan mencatat betapa pentingnya berenang. Nabi
Muhammad saw. dalam salah satu haditsnya bersabda, “Ajarilah anak-anakmu
berkuda, berenang, dan memanah.” (HR Bukhari dan Muslim).
Penyakit Asma mungkin sudah sangat sering kita dengar. Suatu bentuk
penyakit alergi yang ditandai dengan gangguan saluran nafas seperti sesak dan
batuk yang disertai suara mengi namun tanpa disertai demam, kecuali bila ada
infeksi. Bagi Anda yang menderita asma ada sebuah terapi yang sangat dianjurkan
sebagai terapi pengobatan non medis.
Diantara terapi yang sering dianjurkan bagi penderita asma adalah
berenang. Olahraga air ini memberikan banyak manfaat, diantaranya relaksasi,
meningkatkan kesehatan jantung dan paru, dan membakar kalori. Tak jarang banyak
atlet renang dunia yang mulanya adalah penderita asma. Bagi penderita asma yang
ingin yang ingin berenang harus memperhatikan kemampuan dan kondisi badan.
Dengan melakukan renang akan melatih seluruh otot pernafasan mulai dari
dada, perut, bahu dan pundak semuanya ikut bergerak sehingga dapat
memperbaiki kondisi pada penderita asma. Sebab sebagian besar penderita asma
dipicu oleh lemahnya daya tahan tubuh dan udara kotor yang kering. Selain itu,
posisi tubuh saat berenang memungkinkan beban sirkulasi dalam paru-paru
berkurang, dan tekanan di dalam air dapat mengontrol irama pernafasan.
Terapi renang dapat dilakukan dalam 3-5 kali seminggu dengan waktu 1-2
jam per terapi. Hal ini jika dilakukan dengan baik dan benar sudah dapat
membantu meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru. Selamat berterapi! (SAS)
Penyakit Asma
mungkin sudah sangat sering kita dengar. Suatu bentuk penyakit alergi yang
ditandai dengan gangguan saluran nafas seperti sesak dan batuk yang disertai
suara mengi namun tanpa disertai demam, kecuali bila ada infeksi. Bagi Anda
yang menderita asma ada sebuah terapi yang sangat dianjurkan sebagai terapi
pengobatan non medis.
C. RUANG LINGKUP DAN PEMBATASAN MASALAH
Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran dan arah mengenai informasi permasalahan inti yang ada
dalam suatu penelitian
1. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu variabel bebas Yang dimaksud dengan variabel bebas adalah:
sebagian yang dipandang kemunculan dari variabel terikat adalah hidro therapy. Yaitu terapi yang di
terapkan dengan cara memanfaatkan segala kebaikan dan kelebihan dari air.
Yang
dimaksud dengan variabel terikat adalah variabel konsekuensi dari variabel
bebas yang diramalkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Olahraga
renang gaya dada.
2.
Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak
usia dini yang menderita asma.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada kolam renang perumahan PRAMBANAN REGENCY SURABAYA
Pembatasan masalah :
Suatu penelitian agar tidak terjadi
kesalahpahaman yang terlalu jauh haruslahditentukan pembatasan masalah
penelitian. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1.
Objek Penelitian
Pengaruh olahraga renang gaya dada sebagai Hidro Therapy Terhadap Penurunan Intensitas Kambuh Pada Penyakit
Asma.
2. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa
penderita asma SDN Se-Kecamatan Sukomanunggal Surabaya
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, makah peneliti dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
Apakah terdapat pengaruh pada olahraga renang gaya dada sebagai hidro
therapy terhadap menurunkan intensitas kekambuhan penderita asma pada siswa SDN
Se-Kecamatan Sukomanunggal?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah suatu indikasi tentang arah mana
atau hal apa yang akan dicari dan hendak dicapai melalui penelitian tersebut,
yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret dan dapat diamati serta
diukur. Tujuan dari suatu penelitian biasanya adalah untuk mengidentifikasi,
memprediksi, menjelaskan atau memberikan alternatif pemecahan masalah.
Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa
dalam merumuskan tujuan penelitian seorang peneliti tinggal mengubah redaksi
kalimat masalah menjadi kalimat pernyataan supaya menemukan jawaban atas
masalah tersebut, tentu saja dengan penyesuaian redaksi seperlunya.
Dalam penelitian ini, peneliti membedakan menjadi dua tujuan,
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Dalam penelitian ini penulis ingin membuktikan bahwa hidro
therapy sangat bermanfaat untuk penurunan intensitas kekambuhan pada penyakit
asma.
1. Tujuan umum
Tujuan umum yaitu tujuan penelitian yang berupaya untuk menjawab
masalah pokok, yang disesuaikan dengan spesifikasi permasalahan yang akan
diteliti. Hal ini dimaksudkan agar semua pembaca dapat mengambil hikmah baik
itu mahasiswa, non mahasiswa, pelatih ataupun Pembina olagraga sehingga
diharapkan dapat dijadikan acuan atau sumbangan dalam merumuskan program
latihan baik itu untuk pelatih maupun anak didiknya.
Tujuan umum antara lain:
a.
Untuk membuktikan bahwa hidro therapy dapat menurunkan
intensitas kekambuhan pada penyakit asma.
b.
Untuk membantu para penderita asma menurunkan intesitas
kekambuhan penyakitnya.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah penjabaran dari tujuan umum yang merupakan
jawaban sementara dari masalah yang secara spesifik akan menjawab
masalah-masalah khusus atau sub-sub masalahnya. Dan yang hendak peneliti capai
dalam penelitian ini, yaitu untuk membuktikan kebenaran atau dugaan yang
bersifat sementara.
Tujuan khusus tersebut antara lain:
a. Untuk
membuktikan bahwa hidro therapy dapat menurunkan intensitas kekambuhan pada
penyakit asma.
b Untuk membantu pare penderita asma terlepas dari siksaan penyakit asma.
F. MANFAAT PENELITIAN
1.
Bagi peneliti
Manfaat yang
dapat diambil dari hasil pelaksanaan diharapkan dapat digunakan sebagai
informasi ilmiah untuk membantu di bidang kesahatan dan masyarakat sekitar.
2.
Bagi
masyarakat
Diharap
dapat membantu masyarakat sekitar terutama penderita penyakit asma untuk
memerangi penyakit asma yang meraja rela.
H. LANDASAN TEORI
1. kajian pustaka
Hidroterapi merupakan salah
satu metode yang efektif dalam mengurangi rasa nyeri dan dapat dilakukan
dengan mudah. Istilah hidroterapi sendiri baru ada sekitar abad ke 19.
Namun air telah dimanfaatkan sebagai bagian dari metode penyembuhan sejak
beberapa abad yang silam. Di zaman Yunani air dipercaya memiliki kekuatan
penyembuhan dan di zaman keemasan Romawi telah memanfaatkan kolam air yang luas
sebagai bagian kehidupan sehari-hari untuk kesehatan. Dalam sejarah dapat dikatakan
bahwa : Antonius Musa merupakan “bapak dari hidroterapi” , pada zaman
tersebut dia diberi hadiah cincin emas , bebas dari pajak dan sejumlah
besar uang setelah berhasil menyembuhkan penyakit liver kaisar Augustus dengan
menganjurkan berendam di kolam yang dingin.
Beberapa prinsip dasar dari hidro terapi ini adalah :
1. Aplikasi dingin dapat membantu
mengurangi ujung saraf bebas yang sensitif terhadap nyeri dan dapat
mengurangi reaksi inflamasi yang menyertainya.
2. Aplikasi dingin dan panas dapat
mengurangi reaksi kongesti atau pembengkakkan yang mengakibatkan nyeri dan
kekakuan .
3. Aplikasi dingin yang agak lama
dapat mengurangi kecepatan aliran darah sehingga dapat mencegah timbulnya
reaksi memar.
4. Uap air hangat dapat membantu
mengurangi nyeri dada dan sumbatan sinus.
5. Aplikasi panas dapat
mengakibatkan dilatasi atau membukanya aliran darah yang mengakibatkan
relaksasi dari otot.
6. Aplikasi dingin sesaat pada
awalnya menyempitkan pembuluh darah, mengurangi aliran darah, dan jaringan yang
bengkak dan meningkatkan aliran darah pada organ dalam. Setelah Aplikasi
dingin sesaat pembuluh darah terbuka dan jaringan dipenuhi oleh darah
yang mengandung banyak oksigen.
7. Aplikasi panas dan dingin yang
bergantian dapat meningkatkan drainase dan oksigenasi ke jaringan.
8. Aturan umum pula , selalu
kompres dingin dahulu kemudian dilanjutkan dengan kompres panas dan diakhiri
dengan kompres dingin.
9. Aplikasi dingin yang lama
dapat menekan sirkulasi dan metabolisme.
10.Aplikasi panas yang terlalu lama
dapat membuat kongesti/ sumbatan dan membutuhkan aplikasi dingin untuk
memperbaikinya.
11. Kompres panas singkat ( kurang
dari 5 menit ) dapat menstimulasi sirkulasi, tetapi kompres yang terlalu lama
dapat menekan sirkulasi dan metabolisme secara drastis.
12. Pasien dengan sirkulasi yang
tidak baik atau vitalitas yang rendah sebaiknya tidak diberikan aplikasi panas
atau dingin tetapi lebih baik aplikasi hangat atau sejuk.
13. Hindari pengobatan dengan
hidroterapi setelah makan. Berilah rentang waktu satu setengah jam setelah
makan.
14. Kompres dapat menggunakan
handuk kecil yang direndam dahulu di air panas/ hangat/ sejuk/ dingin. Dapat
pula meletakkan batu es diantara handuk bila Anda ingin kompres dingin.
Sebaiknya handuk dibilas dahulu sebelum digunakan ulang karena sudah menyerap
sisa metabolisme dari tubuh.
15. Pada Hidroterapi ada beberapa
reflek yang saling berhubungan antara tempat kompres dan organ yang
dipengaruhinya.
Hukum-hukum
Hidrodinamika
Keuntungan-keuntungan terapi di dalam kolam renang selain
factor keunggulan sifat-sifat zat cair itu sendiri seperti pada hokum archimides dan hokum pascal, juga karena factor yang bersifat
psikologis berupa rekreasi dan hiburan sehingga pasien tidak merasa jenuh dan
bosan (Rujito, 2008). Apalagi kolam memiliki suhu tempratur yang bisa dirubah
panas atau dingin, dan memiliki mesin turbulensi untuk menyemprotkan air
sebagai pemijatan dan rileksasi. Zat cair memiliki sifat-sifat yang unik
berbeda dengan jenis zat yang lain. Dibawah ini merupakan penjelasan dasar
mengenai hokum pascal dan hokum Archimedes.
a.
Hukum pascal
Hukum pascal mengatakan bahwa:”tekanan pada suatu titik akan
diteruskan kesemua titik lain secara sama”. Artinya bila tekanan pada suatu
titik dalam zat cair ditambah dengan suatu harga, maka tekanan semua titik di
tempat lain pada zat cair yang sama akan bertambah dengan harga yang sama pula.
b.
Hukum Archimedes
Salah satu hkum hidrostatika yang lain adalah hukum
Archimedes yang mengatakan bahwa:”Setiap benda yang berada dalam satu fluida
maka benda itu akan mengalami gaya ke atas, yang disebut gaya apung, sebesar
berat air yang dipindahkan”. Hukum ini juga bukan suatu hokum fundamental
karena dapat diturunkan dari hokum newton juga. Bila gaya Archimedes sama
dengan gaya berat W maka resultan gaya= 0dan benda melayang.
Bila
FA>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang
Bila
FA<W maka benda akan terdorong kebawah dan tenggelam
Jika rapat massa fluida lebih kecil dari pada rapat massa
balok maka agar balok berada dalam keadaan seimbang, volume zat cair yang
dipindahkan harus lebih kecil dari pada volume balok. Artinya tidak seluruhnya
berada terendam dalam cairan dengan perkataan lain benda mengapung. Agar benda
melayang maka volume zat cair yang di pindahkan harus sama dengan volume balok
dan rapat massa cairan sama dengan rapat massa benda. Jika rapat massa benda
lebih besar daripada rapat massa fluida, maka benda akan mengalami gaya total
ke bawah yang tidak sama dengan nol artinya benda akan jatuh tenggelam. Selain
hokum-hukum hidrodinamika di atas terdapat pula metode program halliwick.
Menurut Rujito (2008), the ten point programe halliwick methods tersebut antara
lain:
1.
Mental adjustment. Menjadi mampu merespon dengan cara
sewajarnya perbedaan lingkungan, situasi, atau yang sulit, belajar control
pernapaan. Salah satu contohnya adalah menyesuaikan untuk bergerak di dalam
air.
2.
Disengage-ment. Sbuah proses yang terus menerus,
seluruh pembelajaran dengan seorang therapis yang ahli fisik dan mental.
3.
Transversal Rotation Control(formally Vertical
Rotation). Kemampuan untuk mengontrol rotasi yang mana saja yang dibuat
frontotransversal axis.
4.
Sagittal Rotasi Control. Kemampuan mengontrol rotasi
yang mana saja yang dibuat sagittotransversal axis.
5.
Balance in Stillness. Mengapung dan rileks didalam air
dan ini tergantung pada mental kedua dan control keseimbangan fisik. Ketika
seimbang, aktifitas lain bisa dilakukan lebih mudah.
6.
Turbulent gliding. Terapungnya perenang adalah termasuk
bergerak di dalam air dengan seorang instruktur tanpa kontak fisik diantara
mereka. Therapis mengontrol rotasi yang tidak dikehendaki tetapi tidak membuat
gerakan yang bersifat mendorong.
Menurut Abert M. hutapea (dalam Tamyiz, 2008), dalam bukunya
“menuju gaya hidup sehat” mengungkapkan, penelitian selama 16 tahun terhadap
17.000 alumnus Universitas Harvard menunjukkan, mereka yang tidak aktif
berolahraga (yang membakar tidak lebih dari 500 kaalori per minggu dalam
kegiatan olahraga)lebih cendrung mengidap penyakit jantung dan asma. Brikut ini
dijelaskan beberapa manfaat olahraga renang sebagai terapi penyakit dalam yang
bayak diderita orang-orang yang malas berolahraga (Muchammad Tamyiz, 2008).
1.
Obesitas
Obesitas atau overweight merupakan pemicu segala penyakit.
Peningkatan gizi global ternyata menyebabkan epidemic obesitas makin meluas.
Latihan fisik berupa olahraga renang ternyata juga dapat menjadi aktivitas
membakar kalori.pembakaran kalori tubuh ternyata tidak selalu ditandai oleh
keluarnya keringat. Saat berenang, tubuh akan terasa lebih berat bergerak di
dalam air. Otomatis energi yang dibutuhkan pun mnejadi lebih tinggi, sehingga
dapat secara efektif membakar sekitar 24% kalori tubuh. Ketika berenang kalori
dalam tubuh akan terbakar sehingga secara langsung sangat efektif membakar
lemak.
2.
Nyeri sendi
Saat ini, nyeri sendi sering diderita oleh banyak orang. Gaya
hidup yang terlalu banyak mendiamkan tubuh mengakibatkan nyeri sendi dibagian
tubuh tertentu. Oleh sebab itu dengan berenang dapat menurunkan resiko cidera
persendian, terutama di bagian lutut dan pergelangan kaki bagi mereka yang
kelebihan berat badan ataumengalami gangguan persendian tulang.
3.
Kardio-vaskuler
Meliputi (penyakit jantung, darah tinggi dan stroke) hal ini
banyak di jumpai pada kelompok umur pertengahan, tua dan lanjut, khususnya yang
tidak melakukan olahraga. Dikarenakan renang adalah olahraga aerobic dan
menggerakkanseluruh tubuh dapat meningkatkan kerja dan fungsi jantung,
paru-paru dan pembuluh darah ditandai dengan denyut nadi istirahat menurun,
kapasitas darah bertambah, penumpukan asam laktat berkurang, meningkatkan
pembuluh darah kolateral,meningkatkan HDL kolesterol, menguranggi
aterosklerosis.
4.
Asma
Asma merupakan salah satu masalah kesehatan yang bisa
menyebabkan disabilitas (ketidakmampuan) penderita. Serangan asma memang tidak
bisa ditebak dan biasanya mendadak. Begitu orang yang menderita asma terkena
bahan penyebab alergi, ia pasti langsung susah bernapasan. Bnyak factor yang
menimbulkan serangan asma misalnya, lingkungan, bahan allergen (penyebab
alergi), infeksi saluran napas dan polusii udara. Padahal dengan aktifitas
berenang asma bisa berkurang.
Menurut Daniel Landers(dalam Muchammad Tamyiz, 2008)
professor pendidikan olahraga dari ArizonanState University mengungkapkan lima
manfaat olahraga renang.
1.
meningkatkan kemampuan otak
2.
membantu menunda proses penuaan
3.
megurangi stress
4.
menaikkan daya tahan tubuh
5.
meningkatkan kepercayaan diri
2.Kajian Empiris
Kajian empiris (juga data empiris, indra pengalaman, pengetahuan
empiris, atau a posteriori) adalah suatu sumber pengetahuan yang diperoleh dari observasi atau percobaan. Bukti empiris adalah informasi yang membenarkan
suatu kepercayaan dalam kebenaran atau kebohongan
suatu klaim empiris. Dalam pandangan empirisis,
seseorang hanya dapat mengklaim memiliki pengetahuan saat seseorang memiliki
sebuah kepercayaan yang benar berdasarkan bukti empiris. Hal ini bertolak
belakang dengan pandangan rasionalism
yang mana akal atau refleksi saja yang dianggap sebagai
bukti bagi kebenaran atau kebohongan dari beberapa proposisi.
Indra adalah sumber utama dari bukti empiris.
Walaupun sumber lain dari bukti, seperti ingatan, dan kesaksian
dari yang lain pasti ditelusuri kembali lagi ke beberapa pengalaman indrawi,
semuanya dianggap sebagai tambahan, atau tidak langsung.
Dalam arti lain, bukti empiris sama artinya dengan hasil
dari suatu percobaan. Dalam arti ini, hasil empiris adalah suatu konfirmasi
gabungan. Dalam konteks ini, istilah semi-empiris digunakan untuk
mengkualifikasi metode-metode teoritis yang digunakan sebagai bagian dari dasar
aksioma atau hukum postulasi ilmiah dan hasil
percobaan. Metode-metode tersebut berlawanan dengan metode teoritis ab initio yang secara murni deduktif
dan berdasarkan prinsip
pertama.
Pernyataan-pernyataan
dan argumen yang bergantung pada bukti empiris
sering kali disebut sebagai a posteriori ("dari yang
setelahnya") yang dibedakan dari a priori ("dari yang
sebelumnya"). (Lihat A priori dan a posteriori). Pengetahuan atau
pembenaran A priori tidak bergantung pada pengalaman (sebagai contoh
"Semua bujangan belum menikah"); sementara pengetahuan atau
pembenaran a posteriori bergantung pada pengalaman atau bukti empiris
(sebagai contohnya "Beberapa bujangan sangat bahagia").
Pandangan standar positivis
tentang informasi yang diperoleh secara empiris yaitu observasi, pengalaman,
dan percobaan berguna sebagai pemisah netral antara teori-teori yang saling
berkompetisi. Namun, sejak tahun 1960an, kritik tegas yang sering dihubungkan
dengan Thomas Kuhn,
telah berargumen bahwa metode tersebut dipengaruhi oleh kepercayaan dan
pengalaman sebelumnya. Akibatnya tidak bisa diharapkan bahwa dua ilmuwan saat
mengobservasi, mengalami, atau mencoba pada kejadian yang sama akan membuat
observasi teori-netral yang sama. Peran observasi sebagai pemisah teori-netral
mungkin tidak akan bisa. Teori yang bergantung observasi berarti bahwa, bahkan
bila ada metode kesimpulan dan interpretasi yang disetujui, ilmuwan bisa saja
tidak bersetuju mengenai sifat dari data empiris.
3.kerangka
konseptual
Penjelasan kerangka konseptual
Penyakit asma tidak bisa disembuhkan
karena sampai sekarang belum di temukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini.
Hanya saja telah di temukan obat untuk meredah kan asma ketikah penderita kambuh. Tapi jika di
konsumsi secara terus menerus dan sering di gunakan dalam jangka waktu yang
terlalu dekat obat-obatan ini dapat menyebabkan kecanduan/ ketergantungan obat
dan berdampak buruk pada penderita. Selain itu dokter telah mengabdopsi dari
terapi tradisional yang dipercaya bisa membantu meredakan penyakit asma ketikah
kambuh, yaitu dengan menciptakan alat uap pernafasan. Tapi karena harga dari
setiap pengobatan dengan alat uap pernafasan ke dokter ini sangat mahal para
penderita lebih memilih untuk mengkonsumsi obat-obatan.
Selain pengobatan dari kedokteran ada pula
pengobatan-penggobatan yang tanpa
menggunakan obat. Yaitu dengan memanfaatkan sifat alami dari kekayaan alam di
muka bumi ini, yaitu hydro therapy /terapi
air. Terapi ini adalah terapi yang
sangat murah dan dapat dilakukan sendiri pula oleh penderita asma. Terapi ini
sangat aman dan baik untuk kesehatan untuk
jangka panjang dan lebih sehat juga dari pada mengkonsumsi obat secara
terus menerus. Hydro therapy untuk
penyakit asma terbagi beberapa tehnik dintranya adalah selam-selam, senam air
dan terapi uap.
4. hipotesis
Menurut
Suharsimi Arikunto (2002: 64)
menjelaskan asal kata hpotesis dari kata hypothesa yang terdiri dua kata, yaitu
”hypo” yang berarti dibawah, dan”thesa” yang berati kebenaran. Kata ini diserap
dalam bahasa Indonesia menjadi ”hipotesa” hingga berkembang menjadi hipotesis.
Jika dirangkaian dua arti kata tersebut menjadi ”kebenaran dibawah”. Istilah ini
relevan dengan pengertian bahwa hipotesis kebenarannya masih bersifat sementara
yang harus diuji.
Hipotesis disini
adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang
terkumpul (Moh Nazir, ph. D. 2005).
Jadi dapat disimpulkan bahwa
hipotesis adalah merupakan jawaban sementara yang kebenarannya masih akan peneliti buktikan dilapangan berdasarkan
teori-teori atau langkah-langkah yang peneliti peroleh. Dan hipotesis dapat
diterima bila bahan-bahan atau data-data dari penelitian mebenarkan pernyataan
tersebut, namun akan ditolak kalau terjadi hal yang sebaliknya.
Sebagian
besar penelitian baik itu ilmiah maupu non ilmiah ditujukan untuk menguji
hipotesis. Istilah tes atau pengetesan akan kita gunakan untuk mengganti
kata-kata menguji hipotesis.
Sedangkan
maksud dari hipotesis adalah untuk meluruskan dugaan sementara atas
permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis ini akan berguna untuk
mengarahkan jalannya peneltian agar tidak terjadi kesimpangsiuran atas
kesalahpahaman didalam mengerjakan penelitian.
Untuk pembuktian
hipotesis peneliti akan mencari data di lapangan tentang ”Pengaruh olahraga
renang gaya dada sebagai Hidro Therapy
Terhadap Penurunan Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma SDN SeKecamatan Sukomanunggal.”
Dengan demikian
hipotesis yang dilakukan adalah : ” Terdapat
pengaruh olahraga renang gaya dada sebagai hidro therapy terhadap menurunkan
intensitas kekambuhan penderita asma pada siswa SDN Se-Kecamatan Sukomanunggal.”
J. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Untuk mencari kebenaran
secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah, maka perlu dibuat rancangan
penelitian. Rancangan penelitian
merupakan tahapan yang diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan suatu
penelitian. Rancangan penelitian merupakan rencana cara mengumpulkan dan
menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan serasi dengan
tujuan penelitian (Nasution, 2004).
Berdasarkan
judul penelitian ini ”Pengaruh olahraga renang gaya dada sebagai Hidro Therapy Terhadap Penurunan
Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma SDN SeKecamatan Sukomanunggal, maka rancangan penelitian yang digunakan
adalah eksperimental. Dengan menggunakan pretes dan post tes group disign,
yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya Pengaruh olahraga renang gaya
dada sebagai Hidro Therapy Terhadap
Penurunan Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma.
2. Deskripsi Populasi dan Sampel
1. Populasi
Setiap pelaksanan penelitian akan selalu
dihadapkan pada masalah penentuan populasi dan sampel. Arikunto (2006)
menyatakan bahwa populasi penelitian merupakan keseluruhan subjek penelitian.
Apalagi seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan Hadi (1991)
menyatakan bahwa populasi penelitian merupakan seluruh penduduk yang dimaksud
untuk diselidiki. Populasi dibatasi sebagai sejumlah kelompok atau golongan
yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama.
Setiap
anggota populasi mempunyai kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Jadi populasi adalah seluruh individu yang akan
diselidiki sesuai dengan sifat tersebut di atas. Dalam penelitian ini peneliti
menentukan daerah populasi yaitu semua siswa di SDN SE-KECAMATAN SUKOMANUNGGAL
SURABAYA yang menderita penyakit asma. Data yang di peroleh peneliti adalah
sejumlah 20 siswa penderita asma.
2. Sampel
Menurut Hadi (1984) sampel
merupakan bagian dari populasi dari sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang
dari populasi. Sampel harus paling sedikit mempunyai sifat yang sama baik
kondisi maupun sifat pengkhususannya. Sampel merupakan bagian yang mewakili
populasi. Sugiyono (2008) mengatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Umar (2004) berpendapat bahwa sampel
merupakan bagian terkecil dari sebuah populasi yang akan dijadikan sarana
pengukuran variabel.
Untuk memenuhi azas objektifitas maka pengambilan
sampel dilakukan dengan cara purposive
sampling, dimana penarikan sampel dilakukan dengan memilih dan mengambil
sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut
dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam penelitian
ini sampel telah ditentukan sebanyak 10 siswa dari total populasi 20 siswa.
- Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan menggunakan alat pengumpulan data, yaitu angket atau
kuesioner. Data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk data kualitatif,
dimana data diperoleh langsung dari sumber pertama (sampel). Untuk
mengukur motivasi ini peneliti
menggunakan angket dengan sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan.
- Instrumen
Dalam penelitian
kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu
sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti,
meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik
secara akademik maupun logiknya- (Sugiono,2009:305).
Peneliti kualitatif
sebagai human instrumen berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai
instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti
sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan
yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
2. Peneliti
sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3. Siap
situasi merupakan keseluruhan
artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yng dapat
menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
4. Suatu
situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata dan untuk
memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan
pengetahuan kita,
5. Peneliti
sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah
pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika,
6. Hanya
manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang
dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009: 308).
a. Program Latihan
Program
Latihan Terapi Air Untuk mendapatkan
keberhasilan program terapi air perlu ditentukan sarana prasarana terutama
kedalam kolam renang. Ada beberapa kedalaman kolam air yang diprogramkan yakni
90, 120, dan 180 cm. Pasien asma yang baru pertama kali berlatih berjalan
diterapi di kolam dengan kedalaman 90 cm. Kolam dengan kedalaman 120 cm dan 180 cm ditujukan untuk pasien yang ingin
melatih sendi dan otot-otot menggunakan alat bantu tambahan, seperti dumbel
ataupun bola. Untuk mendapatkan hasil signifikan, program latihan dapat dilakukan
terapi selama 6-8 minggu, dengan durasi dua kali seminggu, sekali terapi
waktunya 1 jam.
Gerakan
berenang juga akan lebih efektif dan aman jika dilakukan secara perlahan. Awali
dengan berenang santai selama 5-10 menit. Setelah itu boleh diulangi dengan
jangka waktu yang lebih panjang. Frekuensi pun sebaiknya diatur, sekitar 1-2
kali seminggu. Baru, setelah tubuh dirasakan bisa beradaptasi, dapat
meningkatkan intensitas dan frekuensinya sesuai dengan kemampuan. Berenang
terbilang minim risiko cedera fisik. Hal ini terjadi karena pada saat berenang
seluruh berat badan ditahan oleh air (mengapung). Wajar saja
jika berenang kemudian
menjadi olahraga yang paling dianjurkan bagi mereka yang kelebihan berat badan
(obesitas) dan penderita gangguan persendian tulang atau arthritis.
Namun
demikian, ada beberapa hal yang tetap harus diperhatikan sebelum, saat, dan setelah
berenang. Misalnya, supaya tubuh tidak ‘kaget’, dianjurkan melakukan gerakan pemanasan
dan pendinginan. Mulailah dengan gerakan-gerakan ringan, seperti mengayunkan
tangan dan kaki atau berjalan-jalan di sekitar kolam renang selama 10-15 menit.
Agar bisa menmemperoleh manfaat renang, hendaklah berenang dengan benar. Kalau
hanya bermain-main dengan air memang menyenangkan, tetapi hal ini hanya melibatkan
aktivitas fisik yang sangat rendah dan memberikan efek yang kurang maksimal pada
tubuh. Dianjurkan dengan bantuan instruktur renang yang berpengalaman.
Hal lain
yang perlu diperhatikan ialah keamanan tempat renang demi kesehatan karena pada
orang tertentu kejadian sakit akan lebih sering bila berenang. Perhatikan juga kualitas
air misalnya: kejernihan, derajat-keasaman (pH) antara 10-11 pH, bahkan polusi,
yang bisa saja dapat mengganggu kesehatan. Hal-hal di atas perlu diperhatikan
agar
mendapatkan manfaat dari
olahraga renang secara maksimal. Perlakuan yang bijak kepada semua jenis
olahraga termasuk olahraga renang dapat meningkatkan derajat kesehatan tubuh
secara dinamis. Berikut ini disajikan bentuk-bentuk latihan air yang bisa
dilakukan :
1.
Jalan di air/water jogging yaitu dengan menggunakan beberapa langkah dan gerakan
lengan di dalam air.
2.
Aerobik air: gerakan ritmik seluruh badan selama 20 menit atau lebih di tempat dangkal
atau dalam air. Tujuannya adalah untuk daya tahan jantung paru.
3. Latihan
penguatan air: gerakan atas dan bawah badan dengan menggunakan ketahanan air
dan atau perlengkapan untuk memperkuat dan membentuk otot.
4.
Latihan kelenturan: gerakan yang luas dengan menggunakan seluruh gerakan dan rentangan
badan yang penuh.
5. Terapi
air dan rehabilitasi: adalah prosedur di air yang diterapkan untuk tujuan kesehatan
tertentu.
6. Yoga
air dan relaksasi: gerakan mengapung yang mudah dengan air sebagai media relaksasi.
7.
Latihan di air yang dalam: merupakan gerakan-gerakan di air yang
dilakukandimana kaki tidak menyentuh dasar kolam. Jaket pengapung sebaiknya
digunakan.
8.
Jogging atau berlari di air yang dalam: simulasi jogging di daratan dan berlari
di kolam dangkal digunakan dengan berulang-ulang.
9.
Latihan dinding: menggunakan dinding kolam renang untuk mendukung perlindungan
berbagai bagian badan.
10.
stretching adalah gerakan pelan khusus yang digunakan setelah pemanasan dan pada
akhir latihan untuk mengulur otot-otot badan yang telah bekerja keras dan menolong
dari cedera.
11.Renang
berjarak: berenang dengan memilih berbagai gaya renang yang ada dengan berbagai
macam teknik merupakan salah satu pilihan kebugaran.
b.
Lembar pengamatan
No.
|
Nama siswa
|
Intensitas kambuh
tiap pertemuan dan kehadiran penykit asma
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila
dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, misalnya;
di lingkungan tertentu dengan berbagai responden, seminar, diskusi, dll. Bila
dilihat dari sumber datanya, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer
(sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data) dan sumber
sekunder (sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya; lewat orang lain atau lewat dokumen). Bila dilihat dari cara atau teknik pengumpulan data, teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner,
dokumentasi dan gabungan keempatnya.
Dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data
primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta
dan wawancara mendalam (Sugiono,2008:309).
Berikut ini akan
diuraikan beberapa teknik pengumpulan data; yaitu:
1. Pengumpulan Data dengan
Observasi
a. Macam-Macam
Observasi
Sanafiah
Faisal (1990) dalam Sugiono (2009:310) mengklasifikasikan observasi menjadi
observasi berpartisipasi, observasi yang secara terang-terangan, dan observasi
tak berstruktur. Selanjutnya Spradley (Susan Stainback dalam Sugiono,2009:310)
membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan
complete participation.
Berikut ini akan dijelaskan macam-macam observasi tersebut, yaitu;
1. Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini,
peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi
partisipan ini, data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Bagian dari
observasi ini meliputi;
a. Partisipasi
pasif ialah peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati tetapi
tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut,
b.
Partisipasi moderat ialah peneliti dalam
mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan tetapi
tidak semuanya (ada keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan
menjadi orang luar)
c. Partisipasi
aktif ialah peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber
tetapi belum sepenuhnya lengkap,
d. Partisipasi
lengkap ialah peneliti sudah terlibat sepenuhnya trhadap apa yang dilakukan
sumber data. Dengan kata lain, pada observasi ini memerlukan suasana yang
natural sehingga peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Observcasi ini
memerlukan keterlibatan peneliti tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang
diteliti.
2. Observasi secara
terang-terangan atau tersamar
Pada saat melakukan
pengumpulan data, peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia
sedang melakukan penelitian. Pada suatu saat, peneliti juga tidak terus-terang
atau tersamar dalam observasi untuk mencari data yang bersifat rahasia.
3. Observasi tak
berstruktur
Observasi ini tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.observasi ini
dipakai karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.
Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah
baku tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan (Sugiono,2009: 310-313).
b. Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (1988)
menyatakan manfaat observasi adalah:
1. peneliti akan lebih mampu memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi sosial dan dapat diperoleh pandangan
yang holistik atau menyeluruh,
2. peneliti akan memperoleh pengalaman
langsung sehingga memungkinkan menggunakan pendekatan induktif dan tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya karena pendekatan induktif membuka
kemungkinan melakukan penemuan,
3. peneliti dapat melihat hal-hal yang
kurang atau tidak diamati oleh orang lain -khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu- karena telah dianggap “biasa” sehingga
tidak terungkap dalam wawancara,
4. peneliti dapat menemukan hal-hal
yang tidak akan pernah diungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat
sensitif, ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga,
5. peneliti dapat menemukan hal-hal
yang diluar persepsi responden sehingga diperoleh gambaran yang lebih
komprehensif,
6. peneliti dapat mengumpulkan daya
yang kaya, kesan-kesan pribadi, dan merasakan situasi sosial yang diteliti
(Sugiono,2009:313-314).
c. Objek
Observasi
Objek penelitian yang diobservasi
dinamakan situasi sosial yang meliputi;
1. tempat berlangsungnya interaksi,
misalnya; di ruang kelas, bengkel kerja, instansi, dll,
2. pelaku atau orang-orang yang sedang
“memainkan” peran tertentu untuk diobservasi, contohnya; orang tua murid, guru,
narasumber, dsb.,
3. kegiatan yang dilakukan oleh
pelaku,misalnya; KBM, upacara adat, musyawarah, dll.,
4. objek yaitu benda-benda yang
mendukung observasi di sekitar lingkungan yang sedang diobservasi,
5. perbuatan atau tindakan-tindakan
tertentu,
6. rangkaian aktivitas yang dikerjakan
oleh pelaku-pelaku yang diobservasi,
7. urutan kegiatan pada saat melakukan
tindakan-tindakan tertentu,
8. tujuan yang ingin dicapai pada
rangkaian aktivitas yang dilakukan,
9. perasaan yang dirasakan dan
diekspresikan oleh pelaku pada saat melakukan
ramgkaian aktivitas (Sugiono,2009:314-315).
d. Tahapan Observasi
Tahapan observasi meliputi:
1. Observasi
deskriptif
Pada tahap ini peneliti belum membawa
masalah yang akan diteliti sehingga peneliti melakukan penjelajahan umum dan
menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan
dirasakan. Semua data direkam akibatnya hasil observasi disimpulkan dalam
keadaan yang belum tertata (kesimpulan pertama).
2. Observasi
terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan
penyempitan observasi untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini disebut observasi terfokus
karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat
menemukan fokus.
3. Observasi
terseleksi
Pada tahap ini, peneliti telah menguraikan
fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Pada tahap ini,
peneliti telah menemukan karakteristik, persamaan atau perbedaan, kesamaan
antarkategori, serta menemukan pola hubungan antara satu kategori dengan
kategori yang lain(Sugiono,2009:315-317).
2. Pengumpulan Data dengan
Wawancara
Wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide mela-
lui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiono,2009:317) dan dengan
wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang
tidak mungkin bisa ditemukan melalui observasi (Sugiono,2009:318). Penelitian kualitatif sering
menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam
(Sugiono,2009:319).
Macam-macam wawancara,
antara lain:
1. wawancara terstruktur
Pada wawancara ini,
pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawaban telah disiapkan,
responden diberi pertanyaan yang sama kemudian pengumpul data
mencatatnya, alat bantu yang digunakan biasanya tape recorder, gambar, brosur,
dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar,
2. wawancara semiterstruktur
Pelaksanaan wawancara
menggunakan model ini lebih bebas daripada wawancara terstruktur yaitu
narasumber diminta pendapat dan ide-idenya karana tujuan wawancara ini untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
3. wawancara tidak berstruktur
Wawancara tidak
berstruktur adalah wawancara yang bebas, peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
data-datanya. Pedoman wawancara hanya menggunakan garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara ini, peneliti belum
mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih
banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden (Sugiono,2009: 319-321).
Berikut ini merupakan
langkah-langkah wawancara, yaitu; (1) menetapkan kepada siapa wawancara itu
akan dilakukan, (2) menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan, (3) mengawali atau membuka alur wawancara, (4) melangsungkan alur
wawancara, (5) mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya,
(6) menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, (7) mengidentifikasi
tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh (Sugiono,2009:322).
Jenis-jenis pertanyaan
dalam wawancara menurut Patton dalam Molleong (2002) terdiri atas enam jenis
pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu; (1) pertanyaan yang berkaitan dengan
pengalaman, (2) pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat, (3) pertanyaan yang
berkaitan dengan perasaan, (4) pertanyaan tentang pengetahuan, (5) pertanyaan
yang berkaitan dengan indera, dan (6) pertanyaan yang berkaitan dengan latar
belakang atau demografi (Sugiono, 2009:322-328).
Hasil wawancara harus
segera dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Jika menggunakan wawancara terbuka dan tidak
berstruktur, peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap
hasil wawwancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana data yang
dianggap penting, tidak penting, dan data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu
data dengan data yang lain perlu dikonstruksikan sehingga menghasilkan pola dan
makna tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada
sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan kepastian
(Sugiono,2009:329).
3. Pengumpulan data dengan Kuisoner/Angket
a. Pengertiannya
Menurut (James P. Chaplin dalam Kartono, 2009;217) menyatakan:
Angket merupakan satu set pertanyaan yang berurusan
dengan satu topik tunggal
yang saling berkaitan, yang harus dijawab oleh subjek. Kuisoner ini digunakan
untuk penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan
umum (orang banyak), dengan cara mengedarkaan formulir daftar pentanyan,
diajukan secara tertulis kepada subjek untuk mendapatkan jawaban (tanggapan,respons)
tertulis seperlunya.
b. Macam-macam angket
Dikemukakan oleh Kartono
(2009;244-235) macam-macam
angket meliputi:
1. berdasarkan sifatnya terdiri
dari; (a) angket umum, angket
ini berupaya mendapatkan kesan-kesan umum yang selengkap-lengkapnya. Misalnya psikografi mengenai
diri seseorang,(b) angket khusus, angket ini bertujuan untuk
mengambil data yang bersifat khusus. Misalnya menyakut karakteristik bakat,
inteligensi atau ingatan seseorang.
2. berdasarkan
cara penyampaiannya terdiri dari; (a) angket langsung, angket ini diberikan secara langsung kepada orang
yang dimintai informasi tentang dirinya sendiri. Misalnya uraian, opini,
keyakinan, sikap. (b) angket
tidak langsung, berupa pertanyaan yang diminta jawaban mengenai kehidupan
psikis orang lain. Misalnya para dokter, guru, hakim, direktur,
3. berdasarkan
objek sasarannya terdiri atas; (a) angket
hereditas, angket ini tercantum banyak pertanyaan yang menyangkut sifat-sifat
psikis yang turun menurun serta ciri fisik, (b) angket jabatan / pekerjaan, angket ini berusahan menemukan
kemampuan-kemampuan khusus sesorang.
4. angket
menurut bentuk strukturnya terdiri dari; (a) angket
berstruktur, angket ini bertujuan untuk penelitian formal guna menambah data
informative yang berlum lengkap. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyusuanan angket berstruktur ini, misalnya dalam penyusunan pertanyaannya
dalam harus diperhatikan bahasa dan kerangka referensi, (b) angket tidak berstruktur, angket ini bertujuan mencari uraian dari
informan atau subyuk riset tentang suatu masalah dengan sati penulisan dan
penjelasan yang panjang dan lebar.
c. Cara membuat angket
Berikut ini cara-cara membuat angket, meliputi:
1.
buatlah kata-kata
pengantar sebagai pembuka,
2.
perlu dibuat pentunjuk
khusus, agar responden dengan mudah menjawab,
3.
item harus
tersusun kalimat yang sederhana, tetapi
jelas,
4.
membedakan item pertanyaan yang untuk mengali fakta riil dan fakta
idial,
5.
pertanyaan disesuaikan
dengan kemampuan responden,
6.
hindari pertanyaan
yang bersifat sugestif,
7.
menghindari kata-kata
yang ekstrim atau berlebihan,
8.
bentuk angket tidak
terlalu panjang dan bertele-tele,
9.
format pertanyaan dikemas yang rapi dan indah,
10. untuk mendapatkan jawaban yang
maksimal dari responden, kita harus memperhatikan waktuyang tepat.
d. Langkah-langkah pengambilan data
melalui angket
Dalam usaha pengambilan data melalui angket perlu
memperhatikan: (1) menyiapakan angket yang baik, (2) mempersiapkan surat ijin/ surat
pengantar penelitian, (3) memberikan
angket pada waktu yang tepat.
Angket
penelitian:
Angket
penelitian untuk Pengaruh Olahraga Renang Gaya Dada Sebagai Hidro Therapy Terhadap Penurunan
Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma SDN Sekecamatan Sukomanunggal.
I. KETERANGAN ANGKET
- Angket
ini dimaksudkan untuk memperoleh data objektif dari siswa dalam
penyusunan skripsi.
- Dengan
mengisi angket ini, berarti telah ikut serta membantu kami dalam
penyelesaian studi.
II. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
- Sebelum
anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan, terlebih dahulu isi
daftar identitas yang telah disediakan.
- Bacalah
dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda silang (x) pada
jawaban yang dianggap paling tepat.
- Isilah
angket ini dengan jujur serta penuh ketelitian sehingga semua soal dapat
dijawab. Dan sebelumnya tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas
segala bantuannya.
III. IDENTITAS SISWA
- Nama :
- Umur
:
- Jenis
kelamin :
- Hari/Tgl :
- IV. DAFTAR PERTANYAAN
- Bagaimana menurut
anda tentang hidro therapy yang
di terapkan ?
a. Sangat baik
c. Kurang baik
b. Baik
d. Tidak baik
- Bagaimana menurut
anda tentang metode hidro therapy
yang diterapkan?
a.
Sangat baik
c. Baik
b.
Cukup baik
d. Kurang baik
- Bagaimana menurut
anda mengenai langkah-langkah hidro
therapy yang diterapkan ?
a. Sangat
baik
c. Baik
b. Cukup baik
d. Kurang baik
- Apakah sarana dan
prasarana kolam renang yang di gunakan hidro therapy memadai?
a.
Sangat memadai
c. Memadai
b.
Cukup memadai
d. Kurang memadai
- Bagaimana menurut
anda tentang kemampuan terapis dalam hidro
therapy?
a.
Sangat baik
c. Baik
b.
Cukup baik
d. Kurang baik
- Apakah menurut anda
kedisiplinan dalam hidro therapy
sudah diterapkan?
a.
Sudah diterapkan
c. Kurang diterapkan
b.
Cukup diterapkan
d.
Tidak diterapkan
- Apakah hidro therapy efektiv dalam
menurunkan intensitas kambuh pada penyakit asma anda ?
- Sudah
sempurna
c. Kurang sempurna
- Cukup sempurna
d. Tidak sempurna
- Apakah anda senang
mengikuti hidro therapy ini ?
- Sangat senang
c. Kurang senang
- Cukup senang
d.
Tidak senang
- Apakah orang tua anda
tahu tentang hidro therapy
sebelumnya?
a.
Sangat tahu
c. sekedar tahu
b.
Tahu saja
d. tidak tahu
- Bagaimana menurut
anda mengenai hidro therapy sebagai cara untuk mengatasi asma ?
a. Sangat
setuju
c. Setuju
b. Cukup setuju
d. Kurang setuju
- Apakah hidro therapy berpengaruh terhadap
penurunan intesitas kambuh anda?
a.
Sangat berpengaruh
c. Berpengaruh
b.
Cukup berpengaruh
d. Kurang berpengaruh
- Bagaimana menurut
anda tentang penyampaian terapis tentang hidro therapy?
a.
Sangat baik
c. Baik
b.
Cukup baik
d. Kurang baik
- Apakah menurut anda hidro therapy ini pantas untuk dipublikasikan?
a.
Sangat pantas
c. Kurang pantas
b.
Cukup pantas
d. Tidak pantas
- Apakah hidro therapy mempunyai efek
samping terhadap kesehatan anda ?
- Tidak
c. Tidak sama sekali
- Iya
d. Tidak tahu
- Apakah anda keberatan
dalam mengikuti hidro therapy ?
- Tidak sama sekali
c. Keberatan
- Tidak
d. Sangat
keberatan
16. Berapa lama jeda waktu
penyakit asma anda kambuh?
4. Pengumpulan data secara dokumentasi
Dokumentasi merupakan
teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh informasi dari bermacam-macam
sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana
responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya (Sukardi,
2010:81). Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
(Sugiono,2009:329).
Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih
kredibel/dapat dipercaya (Sugiono,2009:329).
Bentuk dokumen menurut Haris (2010:143-146) dibedakan menjadi dua, yaitu; (a) dokumen pribadi, seperti catatan harian, surat pribadi, dan
autobiografi. (b) dokumen resmi berupa: surat keputusan,
memo, surat instruksi, dan surat bukti kegiatan yang dikeluarkan oleh instansi.
Penelitian kualitatif
lazimnya menggunakan triangulasi dalam teknik pengumpulan datanya. Triangulasi
diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada
(Sugiono,2009:330). Misalnya peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak
(disebut: triangulasi teknik) atau triangulasi sumber yaitu mendapatkan data
dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Manfaat pengumpulan data
dengan triangulasi untuk mendapatkan data yang lebih konsisten, tuntas, dan
pasti (Sugiono,2009:332).
5. Pengumpulan data dengan Focus Group Discution (FGD)
Menurut Hermansyah (2009:232-432) Focus Group Discution (FGD) adalah diskusi kelompok yang terarah
pada masalah yang diangkat peneliti. FGD ini bertujuan untuk berdialog
bersama, bertatap muka dengan responden/subjek/informan peneliti guna
menghasilkan informasi langsung dari berbagai sudut pandang.
Ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dalam FGD
antara lain; (a) jumlah
peserta FGD sekitar 5 hingga 10 orang, (b) peserta FGD harus memiliki sifat yang homogen dan memiliki karakteristik yang sama atau
hampir sama, (c) perlunya
dinamika kelompok, peneliti dapat membagi waktu dengan baik dalam FGD
Untuk waktu yang tepat melakukan FGD antara lain; (a) jika peneliti membutuhkan
pemahaman yang lebih dari satu sudut pandang, (b) jika terjadi
gap komunikasi antarkelompok, (c) bila peneliti ingin mengungkapkan suatu
fakta secara lebih detail dan lebih kaya, (d) bila
peneliti membutuhkan verifikasi data yang ditemukan di lapangan.
Adapun komponen yang perlu ada dalam FGD antara lain; (1) fasilitator yaitu orang
yang bertugas untuk memfasilitasi role
atau jalur dan lalu lintas pembicara dalam FGD, (2) observer yaitu orang yang bertugas untuk melakukan observasi
selama FGD (3) notulis yaitu
orang yang bertugas mencatatan dan merekam setiap pembicaraan berlangsung;
peserta yaitu orang-orang yang berkaitan untuk mengemukaakan sudut padang pada
masalah yang kita teliti.
Mengadakan FGD membutuhkan ketrampilan dalam mengembangkan
dinamika diskusi, mengungkap permasalahan, memotivasi dan menstimulus peserta
untuk mengemukakan pendapat, kepekaan dalam menarik “benang merah” dan menyimpulkan hasil FGD.
6. Metode Bahan Visual
Roland Barthes (Evans dan Hall, 1993:13) mengatakan fotografi
sebagai pesan yang tak berkode. Fotigrafi mengungkapkan semua komponen dunia
yang dapat diidentifikasi, namun untuk dapat interpretasi haruslah memiliki
pengetahuan yang cukup. Apa yang dikatakn olh Barthers sebagai kelebihan dari
bahan visual sebagai bahan yang menyimpan berbagai informasi yang sangat
berguna di dalam suatu penelitian. Bahan fotografi saat ini jenisnya
bermacam-macam seperti foto, grafis, film, video, kartun, mikrofon, slide dll
sehingga disebut saja semuanya sebagai bahan visual.
Bahan visual bermanfaat untuk mengungkapkan suatu keterkaitan
antara objek penelitian dengan peristiwa dimasa silam atau peristiwa saat
ini. Bahan visual juga memiliki makna secara spesifik terhadap objek atau
informan penelitian. Keterkaitan objek dan informan penelitian dengan peristiwa
masa lalu ataupun peristiwa saat ini dapat diungkapkan dari beberapa hal: (1)
bagaimana hubungan antara pemilik bahan visual dengan peristiwa di masa lalu;
(2) apakah lingkungan soaial di sekitar objek dan informan penelitian
saat itu memiliki keterkaiatn dengan sebuah pemaknaan yang dapat digali saat
ini; (3) apa makna bahan visual itu dalam kehidupan objek dan informan
penelitian saat itu dan saat sekarang (4) sejauh mana bahan visual itu member
petunjuk kepada peneliti untuk menemukan bahan informasi baru.
7. Metode Penelusuran Data Online
Perkembangan internet yang sudah semakin maju pesat serta
telah mampu menjawab berbagai kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan
para akademisi mau ataupun tidak menjadikan media online seperti internet
sebagai salah satu medium atau ranah yang sangat bermanfaat bagi penelusuran
berbagai informasi, mulai dari informasi teoritis maupun data-data primer
atau data-data sekunder yang diinginkan oleh peneliti untuk kebutuhan
penelitian. Sehubungan dengan itu, maka mau ataupun tidak kita harus
menciptakan metode untuk memanfaatkan data online yang begitu banyak tersebar
di internet dan begitu banyak yang dapat dimanfaatkan.
Secara teknis menggunakan metode ini mensyaratkan peneliti
mempunyai pemahaman teknik terhadap teknologi informasi, artinya peneliti
harus memiliki ketrampilan mengoperasikan computer dan media online seperti
umpamanya internet. Peneliti juga dituntut memahami bahasa computer yang
didominasi bahasa inggris computer. Pada beberapa situs di Indonesia , telah
dirancang menggunakan bahasa Indonesia sehingga lebih memudahkan pencarian.
Berikutnya dalam penelusuran data online peneliti dapat
menggunakan bagian-bagian fasilitas tertentu untuk memulai data yang ingin
diperoleh.Umumnya setiap website yang lengkap telah disediakan fasilitas
direktori yaitu kategori data atau tema/problem apa yang ingin ditelusuri.
7. Teknik Analisis Data
Di dalam
analisa statistik ini, nantinya akan menggunakan jasa komputer, yang mana
hasilnya dari pengolahan komputer tersebut akan disajikan dalam bab IV. Adapun
langkah-langkahnya adalah, sebagai berikut:
Uji– T rumus pendek
Keterangan :
Mk dan Me = mean dari kelompok kontrol dan mean dari
kelompok eksperimen
å b2 = jumlah
deviasi dari mean perbedaan
N =
jumlah subyek
K. DAFTAR PUSTAKA
Bates
A, & Hansen N. (1996). The Principles and properties of water: aquatic
Exercies and Terapy. Philadelphia,PA: WB Saunders Co; pages: 21-28.
Chaiton,
Leo. (2002). Terapi Air untuk Kesehatan dan Kecantikan. Perestasi pustaka
punlisher. Jakarta-indonesia.
Garrioson,Susan
J. (2001). Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Alih bahasa: dr. Anton
Cahaya Wijaja. Jakarta: hipokrates publisher.