Sabtu, 05 Oktober 2013

PPL 2 di SMPN 1 Gedangan SIDOARJO




Sungguh pengalaman yang tak terlupakan PPL di SMPN 1 Gedangan SIDOARJO ini. dengan para guru yang sangat bersahabat dan para murit yang sangat antusias dengan mata pelajaran yang saya ajarkan. Sungguh sangat menyenangkan, dengan tertip para murit berbaris rapih saat mendengar kan instruksi dari saya dan teman2 PPL lainnya, kususnya mata pelajaran Olahraga.



Sengan fasilitas yang mumpuni kami terbantu dalam kegiatan belajar mengajar kususnya dalam mata pelajaran olahraga. Berikut fasilitas2 yang ada pada SMPN 1 Gedangan SIDOARJO.





Tidak hanya di lapangan sajah para murit antusias dalam mengikuti pelajaran olahraga. Di kelas pun ketika teory olahraga mereka sangat antusias dalam menyimak pelajaran.




 sungguh pengalaman yang tak mungkin terlupakan.

nb: buat fasilitas basketnya sangat sayang sekali karna masi dalam tahap renovasi, jadi belum bisa di gunakan dengan maximal.

Jumat, 13 September 2013

PENGARUH OLAHRAGA RENANG GAYA DADA SEBAGAI HIDRO THERAPY TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS KAMBUH PADA PENYAKIT ASMA SDN SEKECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA









A. JUDUL
Pengaruh olahraga renang gaya dada sebagai Hidro Therapy Terhadap Penurunan Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma SDN Sekecamatan Sukomanunggal.
B. LATAR BELAKANG
Hidro therapy atau terapi air adalah metode perawatan dan penyembuhan dengan menggunakan air untuk mendapatkan efek-efek terapis (chaiton, 2002). Secara kusus, air memiliki kualitas untuk mencapai respon tubuh yang bias menyembuhakan simpton-simpton dan meningkatkan mekansme tubuh dalam menghadapi ancaman exsternal. Media air bisa digunakan karena factor buoyancy (keterapungan) baik di kolam renang maupun kolam terapi. Air dapat digunakan sebagai terapi dalam kondisi panas, hangat, netral (tempratur tubuh), dingin, atau dalam kondisi beku (es).
Hidro therapy sesungguhnya merupakan metode terapi dengan pendekatan “low-tech” yang mengandalkan pada respon-respon tubuh terhadap air. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari terapi air antara lain: untuk mencegah flu/demam, memperbaiki fertilitas, menyembuhkan kelelahan, meningkatkan fungsi imunitas, meningkatkan energi tubuh, dan membantu kelancaran sirkulasi darah (chaiton, 2002; Bates A, & Hasen N, 1996). Salah satu contoh perawatan terapi air yang sederhana adalah dengan cara mandi dengan air yang lebih dingin dari biasanya. Dengan mandi air yang lebih dingin memungkinkan mengeluarkan jumlah dan panjang dingin yang lebih lama.
Air adalah media yang sangat ideal bagi program rehabilitasi, ketika berdiri pada kedalaman sebahu maka terjadi pengurangan berat badan sebesar 90%, selain itu air juga mngurangi tekanan musculoskeletal dan persendian (rujito, 2008). Contoh lainnya ialah terapi kolam renang dengan air hangat yang memberi dampak kebebasan bergerak bagi pasien dan mengurusi rasa sakit. Terapi di dalam kolam renang memungkinkan untuk berdiri bebas tanpa pegangan sehingga memiliki manfaat tidak terjadi benturan dan tekanan sebagaimana bila dilakukan di daratan. Artinya, terapi dengan media kolam renang sangat banyak manfaatnya pada penderita dengan gangguan muskuloskalatal. Olahraga renang adalah olahraga yang paling baik untuk penyembuhan asma, apalagi penderita asma tersebut masih berusia muda. Olahraga ini pasti menjadi rekomendasi Dokter-Dokter Umum maupun Dokter Spesialis Paru-Paru.
Kenapa harus renang?
1. Berenang mampu menggerakkan hampir keseluruhan otot-otot pada tubuh, mulai dari kepala, leher, anggota gerak atas, dada, perut, punggung, pinggang, anggota gerak bawah, dan telapak kaki. Saat bergerak di dalam air, tubuh mengeluarkan energi lebih besar karena harus ‘melawan’ massa air yang mampu menguatkan dan melenturkan otot-otot tubuh.
2. Dengan berenang, sistem kardiovaskular dan pernafasan akan menjadi kuat. Penafasan menjadi lebih sehat, lancar, dan juga lebih panjang.
3. Gerakan mendorong dan menendang air dengan tangan dan kaki, dapat memacu aliran darah ke jantung, pembuluh darah, dan paru-paru. Berarti, berenang mampu meningkatkan kemampuan fungsi jantung dan paru-paru.
4. Berenang dapat menghilangkan stres. Gerakan berenang yang dilakukan dengan santai dan perlahan, mampu meningkatkan hormon endorfin dalam otak. Selain suasana hati menjadi lebih sejuk dan pikiran yang lebih adem, aktivitas berenang jauh dari rasa gerah seperti olah raga lain.
Ke-4 alasan diatas telah menjelaskan betapa pentingnya olahraga renang untuk melatih pernafasan, mengilangkan rasa takut dan stress bagi para penderita asma. Seperti yang diketahui juga, banyak atlit juara renang dulunya adalah penderita asma. Olahraga ini juga meningkatkan hormon adrenalin sehingga para penderita asma lebih mampu untuk bertahan hidup.
Agama Islam bahkan mencatat betapa pentingnya berenang. Nabi Muhammad saw. dalam salah satu haditsnya bersabda, “Ajarilah anak-anakmu berkuda, berenang, dan memanah.” (HR Bukhari dan Muslim).
Penyakit Asma mungkin sudah sangat sering kita dengar. Suatu bentuk penyakit alergi yang ditandai dengan gangguan saluran nafas seperti sesak dan batuk yang disertai suara mengi namun tanpa disertai demam, kecuali bila ada infeksi. Bagi Anda yang menderita asma ada sebuah terapi yang sangat dianjurkan sebagai terapi pengobatan non medis.
Diantara terapi yang sering dianjurkan bagi penderita asma adalah berenang. Olahraga air ini memberikan banyak manfaat, diantaranya relaksasi, meningkatkan kesehatan jantung dan paru, dan membakar kalori. Tak jarang banyak atlet renang dunia yang mulanya adalah penderita asma. Bagi penderita asma yang ingin yang ingin berenang harus memperhatikan kemampuan dan kondisi badan.
Dengan melakukan renang akan melatih seluruh otot pernafasan mulai dari dada, perut, bahu dan pundak semuanya ikut bergerak sehingga dapat  memperbaiki kondisi pada penderita asma. Sebab sebagian besar penderita asma dipicu oleh lemahnya daya tahan tubuh dan udara kotor yang kering. Selain itu, posisi tubuh saat berenang memungkinkan beban sirkulasi dalam paru-paru berkurang, dan tekanan di dalam air dapat mengontrol irama pernafasan.
Terapi renang dapat dilakukan dalam 3-5 kali seminggu dengan waktu 1-2 jam per terapi. Hal ini jika dilakukan dengan baik dan benar sudah dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru. Selamat berterapi! (SAS)
Penyakit Asma mungkin sudah sangat sering kita dengar. Suatu bentuk penyakit alergi yang ditandai dengan gangguan saluran nafas seperti sesak dan batuk yang disertai suara mengi namun tanpa disertai demam, kecuali bila ada infeksi. Bagi Anda yang menderita asma ada sebuah terapi yang sangat dianjurkan sebagai terapi pengobatan non medis.



C.    RUANG LINGKUP DAN PEMBATASAN MASALAH
Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan arah mengenai informasi permasalahan inti yang ada dalam suatu penelitian
1.  Variabel penelitian
Dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu variabel bebas Yang dimaksud dengan variabel bebas adalah: sebagian yang dipandang kemunculan dari variabel terikat adalah hidro therapy. Yaitu terapi yang di terapkan dengan cara memanfaatkan segala kebaikan dan kelebihan dari air.
Yang dimaksud dengan variabel terikat adalah variabel konsekuensi dari variabel bebas yang diramalkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Olahraga renang gaya dada.
2. Subjek penelitian
    Subjek penelitian ini adalah anak usia dini yang menderita asma.
3.  Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada kolam renang perumahan PRAMBANAN REGENCY SURABAYA



Pembatasan masalah :          
Suatu penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman yang terlalu jauh haruslahditentukan pembatasan masalah penelitian. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1.      Objek Penelitian
Pengaruh olahraga renang gaya dada sebagai Hidro Therapy Terhadap Penurunan Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma.
2.   Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa penderita asma SDN Se-Kecamatan Sukomanunggal Surabaya
D.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, makah peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:
Apakah terdapat pengaruh pada olahraga renang gaya dada sebagai hidro therapy terhadap menurunkan intensitas kekambuhan penderita asma pada siswa SDN Se-Kecamatan Sukomanunggal?
E.     TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah suatu indikasi tentang arah mana atau hal apa yang akan dicari dan hendak dicapai melalui penelitian tersebut, yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret dan dapat diamati serta diukur. Tujuan dari suatu penelitian biasanya adalah untuk mengidentifikasi, memprediksi, menjelaskan atau memberikan alternatif pemecahan masalah. Secara  sederhana dapat dikatakan, bahwa dalam merumuskan tujuan penelitian seorang peneliti tinggal mengubah redaksi kalimat masalah menjadi kalimat pernyataan supaya menemukan jawaban atas masalah tersebut, tentu saja dengan penyesuaian redaksi seperlunya.
Dalam penelitian ini, peneliti membedakan menjadi dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Dalam penelitian ini penulis ingin membuktikan bahwa hidro therapy sangat bermanfaat untuk penurunan intensitas kekambuhan pada penyakit asma.
1.      Tujuan umum
Tujuan umum yaitu tujuan penelitian yang berupaya untuk menjawab masalah pokok, yang disesuaikan dengan spesifikasi permasalahan yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar semua pembaca dapat mengambil hikmah baik itu mahasiswa, non mahasiswa, pelatih ataupun Pembina olagraga sehingga diharapkan dapat dijadikan acuan atau sumbangan dalam merumuskan program latihan baik itu untuk pelatih maupun anak didiknya.
Tujuan umum antara lain:
a.    Untuk membuktikan bahwa hidro therapy dapat menurunkan intensitas kekambuhan pada penyakit asma.
b.   Untuk membantu para penderita asma menurunkan intesitas kekambuhan penyakitnya.
2.      Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah penjabaran dari tujuan umum yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang secara spesifik akan menjawab masalah-masalah khusus atau sub-sub masalahnya. Dan yang hendak peneliti capai dalam penelitian ini, yaitu untuk membuktikan kebenaran atau dugaan yang bersifat sementara.
Tujuan khusus tersebut antara lain:
a. Untuk membuktikan bahwa hidro therapy dapat menurunkan intensitas kekambuhan pada penyakit asma.
b Untuk membantu pare penderita asma terlepas dari siksaan penyakit asma.
F.     MANFAAT PENELITIAN
1.      Bagi peneliti
Manfaat yang dapat diambil dari hasil pelaksanaan diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah untuk membantu di bidang kesahatan dan masyarakat sekitar.
2.      Bagi masyarakat
Diharap dapat membantu masyarakat sekitar terutama penderita penyakit asma untuk memerangi penyakit asma yang meraja rela.

H. LANDASAN TEORI
1. kajian pustaka
Hidroterapi merupakan salah satu metode yang efektif dalam mengurangi rasa nyeri dan  dapat dilakukan dengan mudah. Istilah hidroterapi sendiri baru ada sekitar abad ke 19. Namun  air telah dimanfaatkan sebagai bagian dari metode penyembuhan sejak beberapa abad yang silam. Di zaman Yunani air dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan dan di zaman keemasan Romawi telah memanfaatkan kolam air yang luas sebagai bagian kehidupan sehari-hari untuk kesehatan. Dalam sejarah dapat dikatakan bahwa : Antonius Musa merupakan “bapak dari hidroterapi” , pada zaman tersebut  dia diberi hadiah cincin emas , bebas dari pajak dan sejumlah besar uang setelah berhasil menyembuhkan penyakit liver kaisar Augustus dengan menganjurkan berendam di kolam yang dingin.
Beberapa prinsip dasar dari hidro terapi ini adalah :
1. Aplikasi dingin dapat membantu mengurangi ujung saraf  bebas yang sensitif terhadap nyeri dan dapat mengurangi reaksi inflamasi yang menyertainya.
2. Aplikasi dingin dan panas dapat mengurangi reaksi kongesti atau pembengkakkan yang mengakibatkan nyeri dan kekakuan .
3. Aplikasi dingin yang agak lama dapat mengurangi kecepatan aliran darah sehingga dapat mencegah timbulnya reaksi memar.
4. Uap air hangat dapat membantu mengurangi nyeri dada dan sumbatan sinus.
5. Aplikasi panas  dapat mengakibatkan dilatasi atau membukanya aliran darah yang mengakibatkan relaksasi dari otot.
6. Aplikasi dingin sesaat pada awalnya menyempitkan pembuluh darah, mengurangi aliran darah, dan jaringan yang bengkak dan meningkatkan aliran darah pada organ dalam.  Setelah Aplikasi dingin sesaat  pembuluh darah terbuka dan jaringan dipenuhi oleh darah yang mengandung banyak oksigen.
7. Aplikasi panas dan dingin yang bergantian dapat meningkatkan drainase dan oksigenasi ke jaringan.
8. Aturan umum pula , selalu kompres dingin dahulu kemudian dilanjutkan dengan kompres panas dan diakhiri dengan kompres dingin.
9.  Aplikasi dingin yang lama dapat menekan sirkulasi dan metabolisme.
10.Aplikasi panas yang terlalu lama dapat membuat kongesti/ sumbatan dan membutuhkan aplikasi dingin untuk memperbaikinya.
11. Kompres panas singkat ( kurang dari 5 menit ) dapat menstimulasi sirkulasi, tetapi kompres yang terlalu lama dapat menekan sirkulasi dan metabolisme secara drastis.
12. Pasien dengan sirkulasi yang tidak baik atau vitalitas yang rendah sebaiknya tidak diberikan aplikasi panas atau dingin tetapi lebih baik aplikasi hangat atau  sejuk.
13. Hindari pengobatan dengan hidroterapi setelah makan. Berilah rentang waktu satu setengah jam setelah makan.
14. Kompres dapat menggunakan handuk kecil yang direndam dahulu di air panas/ hangat/ sejuk/ dingin. Dapat pula meletakkan batu es diantara handuk bila Anda ingin kompres dingin. Sebaiknya handuk dibilas dahulu sebelum digunakan ulang karena sudah menyerap sisa metabolisme dari tubuh.
15. Pada Hidroterapi ada beberapa reflek yang saling berhubungan antara tempat kompres  dan organ yang dipengaruhinya.

Hukum-hukum Hidrodinamika
Keuntungan-keuntungan terapi di dalam kolam renang selain factor keunggulan sifat-sifat zat cair itu sendiri seperti pada hokum archimides dan hokum pascal, juga karena factor yang bersifat psikologis berupa rekreasi dan hiburan sehingga pasien tidak merasa jenuh dan bosan (Rujito, 2008). Apalagi kolam memiliki suhu tempratur yang bisa dirubah panas atau dingin, dan memiliki mesin turbulensi untuk menyemprotkan air sebagai pemijatan dan rileksasi. Zat cair memiliki sifat-sifat yang unik berbeda dengan jenis zat yang lain. Dibawah ini merupakan penjelasan dasar mengenai hokum pascal dan hokum Archimedes.
a.       Hukum pascal
Hukum pascal mengatakan bahwa:”tekanan pada suatu titik akan diteruskan kesemua titik lain secara sama”. Artinya bila tekanan pada suatu titik dalam zat cair ditambah dengan suatu harga, maka tekanan semua titik di tempat lain pada zat cair yang sama akan bertambah dengan harga yang sama pula.
b.      Hukum Archimedes
Salah satu hkum hidrostatika yang lain adalah hukum Archimedes yang mengatakan bahwa:”Setiap benda yang berada dalam satu fluida maka benda itu akan mengalami gaya ke atas, yang disebut gaya apung, sebesar berat air yang dipindahkan”. Hukum ini juga bukan suatu hokum fundamental karena dapat diturunkan dari hokum newton juga. Bila gaya Archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya= 0dan benda melayang.

Bila FA>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang

Bila FA<W maka benda akan terdorong kebawah dan tenggelam

Jika rapat massa fluida lebih kecil dari pada rapat massa balok maka agar balok berada dalam keadaan seimbang, volume zat cair yang dipindahkan harus lebih kecil dari pada volume balok. Artinya tidak seluruhnya berada terendam dalam cairan dengan perkataan lain benda mengapung. Agar benda melayang maka volume zat cair yang di pindahkan harus sama dengan volume balok dan rapat massa cairan sama dengan rapat massa benda. Jika rapat massa benda lebih besar daripada rapat massa fluida, maka benda akan mengalami gaya total ke bawah yang tidak sama dengan nol artinya benda akan jatuh tenggelam. Selain hokum-hukum hidrodinamika di atas terdapat pula metode program halliwick. Menurut Rujito (2008), the ten point programe halliwick methods tersebut antara lain:
1.      Mental adjustment. Menjadi mampu merespon dengan cara sewajarnya perbedaan lingkungan, situasi, atau yang sulit, belajar control pernapaan. Salah satu contohnya adalah menyesuaikan untuk bergerak di dalam air.
2.      Disengage-ment. Sbuah proses yang terus menerus, seluruh pembelajaran dengan seorang therapis yang ahli fisik dan mental.
3.      Transversal Rotation Control(formally Vertical Rotation). Kemampuan untuk mengontrol rotasi yang mana saja yang dibuat frontotransversal axis.
4.      Sagittal Rotasi Control. Kemampuan mengontrol rotasi yang mana saja yang dibuat sagittotransversal axis.
5.      Balance in Stillness. Mengapung dan rileks didalam air dan ini tergantung pada mental kedua dan control keseimbangan fisik. Ketika seimbang, aktifitas lain bisa dilakukan lebih mudah.
6.      Turbulent gliding. Terapungnya perenang adalah termasuk bergerak di dalam air dengan seorang instruktur tanpa kontak fisik diantara mereka. Therapis mengontrol rotasi yang tidak dikehendaki tetapi tidak membuat gerakan yang bersifat mendorong.
Menurut Abert M. hutapea (dalam Tamyiz, 2008), dalam bukunya “menuju gaya hidup sehat” mengungkapkan, penelitian selama 16 tahun terhadap 17.000 alumnus Universitas Harvard menunjukkan, mereka yang tidak aktif berolahraga (yang membakar tidak lebih dari 500 kaalori per minggu dalam kegiatan olahraga)lebih cendrung mengidap penyakit jantung dan asma. Brikut ini dijelaskan beberapa manfaat olahraga renang sebagai terapi penyakit dalam yang bayak diderita orang-orang yang malas berolahraga (Muchammad Tamyiz, 2008).
1.      Obesitas
Obesitas atau overweight merupakan pemicu segala penyakit. Peningkatan gizi global ternyata menyebabkan epidemic obesitas makin meluas. Latihan fisik berupa olahraga renang ternyata juga dapat menjadi aktivitas membakar kalori.pembakaran kalori tubuh ternyata tidak selalu ditandai oleh keluarnya keringat. Saat berenang, tubuh akan terasa lebih berat bergerak di dalam air. Otomatis energi yang dibutuhkan pun mnejadi lebih tinggi, sehingga dapat secara efektif membakar sekitar 24% kalori tubuh. Ketika berenang kalori dalam tubuh akan terbakar sehingga secara langsung sangat efektif membakar lemak.
2.      Nyeri sendi
Saat ini, nyeri sendi sering diderita oleh banyak orang. Gaya hidup yang terlalu banyak mendiamkan tubuh mengakibatkan nyeri sendi dibagian tubuh tertentu. Oleh sebab itu dengan berenang dapat menurunkan resiko cidera persendian, terutama di bagian lutut dan pergelangan kaki bagi mereka yang kelebihan berat badan ataumengalami gangguan persendian tulang.
3.      Kardio-vaskuler
Meliputi (penyakit jantung, darah tinggi dan stroke) hal ini banyak di jumpai pada kelompok umur pertengahan, tua dan lanjut, khususnya yang tidak melakukan olahraga. Dikarenakan renang adalah olahraga aerobic dan menggerakkanseluruh tubuh dapat meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru-paru dan pembuluh darah ditandai dengan denyut nadi istirahat menurun, kapasitas darah bertambah, penumpukan asam laktat berkurang, meningkatkan pembuluh darah kolateral,meningkatkan HDL kolesterol, menguranggi aterosklerosis.
4.      Asma
Asma merupakan salah satu masalah kesehatan yang bisa menyebabkan disabilitas (ketidakmampuan) penderita. Serangan asma memang tidak bisa ditebak dan biasanya mendadak. Begitu orang yang menderita asma terkena bahan penyebab alergi, ia pasti langsung susah bernapasan. Bnyak factor yang menimbulkan serangan asma misalnya, lingkungan, bahan allergen (penyebab alergi), infeksi saluran napas dan polusii udara. Padahal dengan aktifitas berenang asma bisa berkurang.
Menurut Daniel Landers(dalam Muchammad Tamyiz, 2008) professor pendidikan olahraga dari ArizonanState University mengungkapkan lima manfaat olahraga renang.
1.      meningkatkan kemampuan otak
2.      membantu menunda proses penuaan
3.      megurangi stress
4.      menaikkan daya tahan tubuh
5.      meningkatkan kepercayaan diri

2.Kajian Empiris
Kajian empiris (juga data empiris, indra pengalaman, pengetahuan empiris, atau a posteriori) adalah suatu sumber pengetahuan yang diperoleh dari observasi atau percobaan. Bukti empiris adalah informasi yang membenarkan suatu kepercayaan dalam kebenaran atau kebohongan suatu klaim empiris. Dalam pandangan empirisis, seseorang hanya dapat mengklaim memiliki pengetahuan saat seseorang memiliki sebuah kepercayaan yang benar berdasarkan bukti empiris. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan rasionalism yang mana akal atau refleksi saja yang dianggap sebagai bukti bagi kebenaran atau kebohongan dari beberapa proposisi. Indra adalah sumber utama dari bukti empiris. Walaupun sumber lain dari bukti, seperti ingatan, dan kesaksian dari yang lain pasti ditelusuri kembali lagi ke beberapa pengalaman indrawi, semuanya dianggap sebagai tambahan, atau tidak langsung.
Dalam arti lain, bukti empiris sama artinya dengan hasil dari suatu percobaan. Dalam arti ini, hasil empiris adalah suatu konfirmasi gabungan. Dalam konteks ini, istilah semi-empiris digunakan untuk mengkualifikasi metode-metode teoritis yang digunakan sebagai bagian dari dasar aksioma atau hukum postulasi ilmiah dan hasil percobaan. Metode-metode tersebut berlawanan dengan metode teoritis ab initio yang secara murni deduktif dan berdasarkan prinsip pertama.
Dalam sains, bukti empiris dibutuhkan bagi sebuah hipotesis untuk dapat diterima dalam komunitas ilmiah. Secara normalnya, validasi tersebut dicapai dengan metode ilmiah dari komitmen hipotesis, perancangan eksperimen, penelaahan sejawat, penelaahan lawan, produksi ulang hasil, presentasi konferensi dan publikasi jurnal. Hal ini membutuhkan komunikasi hipotesis yang teliti (biasanya diekspresikan dalam matematika), kontrol dan batasan percobaan (diekspresikan dengan peralatan eksperimen yang standar), dan sebuah pemahaman bersama dari pengukuran.
Pernyataan-pernyataan dan argumen yang bergantung pada bukti empiris sering kali disebut sebagai a posteriori ("dari yang setelahnya") yang dibedakan dari a priori ("dari yang sebelumnya"). (Lihat A priori dan a posteriori). Pengetahuan atau pembenaran A priori tidak bergantung pada pengalaman (sebagai contoh "Semua bujangan belum menikah"); sementara pengetahuan atau pembenaran a posteriori bergantung pada pengalaman atau bukti empiris (sebagai contohnya "Beberapa bujangan sangat bahagia").
Pandangan standar positivis tentang informasi yang diperoleh secara empiris yaitu observasi, pengalaman, dan percobaan berguna sebagai pemisah netral antara teori-teori yang saling berkompetisi. Namun, sejak tahun 1960an, kritik tegas yang sering dihubungkan dengan Thomas Kuhn,  telah berargumen bahwa metode tersebut dipengaruhi oleh kepercayaan dan pengalaman sebelumnya. Akibatnya tidak bisa diharapkan bahwa dua ilmuwan saat mengobservasi, mengalami, atau mencoba pada kejadian yang sama akan membuat observasi teori-netral yang sama. Peran observasi sebagai pemisah teori-netral mungkin tidak akan bisa. Teori yang bergantung observasi berarti bahwa, bahkan bila ada metode kesimpulan dan interpretasi yang disetujui, ilmuwan bisa saja tidak bersetuju mengenai sifat dari data empiris.





3.kerangka konseptual
Organization Chart
Organization ChartOrganization Chart


Penjelasan kerangka konseptual
Penyakit asma tidak bisa disembuhkan karena sampai sekarang belum di temukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Hanya saja telah di temukan obat untuk meredah kan asma  ketikah penderita kambuh. Tapi jika di konsumsi secara terus menerus dan sering di gunakan dalam jangka waktu yang terlalu dekat obat-obatan ini dapat menyebabkan kecanduan/ ketergantungan obat dan berdampak buruk pada penderita. Selain itu dokter telah mengabdopsi dari terapi tradisional yang dipercaya bisa membantu meredakan penyakit asma ketikah kambuh, yaitu dengan menciptakan alat uap pernafasan. Tapi karena harga dari setiap pengobatan dengan alat uap pernafasan ke dokter ini sangat mahal para penderita lebih memilih untuk mengkonsumsi obat-obatan.
Selain pengobatan dari kedokteran ada pula pengobatan-penggobatan  yang tanpa menggunakan obat. Yaitu dengan memanfaatkan sifat alami dari kekayaan alam di muka bumi ini, yaitu hydro therapy /terapi air. Terapi ini adalah terapi yang sangat murah dan dapat dilakukan sendiri pula oleh penderita asma. Terapi ini sangat aman dan baik untuk kesehatan untuk  jangka panjang dan lebih sehat juga dari pada mengkonsumsi obat secara terus menerus. Hydro therapy untuk penyakit asma terbagi beberapa tehnik dintranya adalah selam-selam, senam air dan terapi uap.
4. hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 64) menjelaskan asal kata hpotesis dari kata hypothesa yang terdiri dua kata, yaitu ”hypo” yang berarti dibawah, dan”thesa” yang berati kebenaran. Kata ini diserap dalam bahasa Indonesia menjadi ”hipotesa” hingga berkembang menjadi hipotesis. Jika dirangkaian dua arti kata tersebut menjadi ”kebenaran dibawah”. Istilah ini relevan dengan pengertian bahwa hipotesis kebenarannya masih bersifat sementara yang harus diuji.

Hipotesis disini adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui  data yang terkumpul (Moh Nazir, ph. D. 2005).
Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah merupakan jawaban sementara yang kebenarannya masih  akan peneliti buktikan dilapangan berdasarkan teori-teori atau langkah-langkah yang peneliti peroleh. Dan hipotesis dapat diterima bila bahan-bahan atau data-data dari penelitian mebenarkan pernyataan tersebut, namun akan ditolak kalau terjadi hal yang sebaliknya.
Sebagian besar penelitian baik itu ilmiah maupu non ilmiah ditujukan untuk menguji hipotesis. Istilah tes atau pengetesan akan kita gunakan untuk mengganti kata-kata menguji hipotesis.
Sedangkan maksud dari hipotesis adalah untuk meluruskan dugaan sementara atas permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis ini akan berguna untuk mengarahkan jalannya peneltian agar tidak terjadi kesimpangsiuran atas kesalahpahaman didalam mengerjakan penelitian.
Untuk pembuktian hipotesis peneliti akan mencari data di lapangan tentang ”Pengaruh olahraga renang gaya dada sebagai Hidro Therapy Terhadap Penurunan Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma SDN  SeKecamatan Sukomanunggal.”

Dengan demikian hipotesis yang dilakukan adalah : ” Terdapat pengaruh olahraga renang gaya dada sebagai hidro therapy terhadap menurunkan intensitas kekambuhan penderita asma pada siswa SDN Se-Kecamatan Sukomanunggal.”

J. METODE PENELITIAN                       
1.  Rancangan Penelitian
        Untuk mencari kebenaran secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah, maka perlu dibuat rancangan penelitian. Rancangan penelitian merupakan tahapan yang diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan suatu penelitian. Rancangan penelitian merupakan rencana cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan serasi dengan tujuan penelitian (Nasution, 2004).
Berdasarkan judul penelitian ini ”Pengaruh olahraga renang gaya dada sebagai Hidro Therapy Terhadap Penurunan Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma SDN SeKecamatan Sukomanunggal, maka rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Dengan menggunakan pretes dan post tes group disign, yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya Pengaruh olahraga renang gaya dada sebagai Hidro Therapy Terhadap Penurunan Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma.
2.  Deskripsi Populasi dan Sampel
1. Populasi
   Setiap pelaksanan penelitian akan selalu dihadapkan pada masalah penentuan populasi dan sampel. Arikunto (2006) menyatakan bahwa populasi penelitian merupakan keseluruhan subjek penelitian. Apalagi seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan Hadi (1991) menyatakan bahwa populasi penelitian merupakan seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi dibatasi sebagai sejumlah kelompok atau golongan yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama.
   Setiap anggota populasi mempunyai kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jadi populasi adalah seluruh individu yang akan diselidiki sesuai dengan sifat tersebut di atas. Dalam penelitian ini peneliti menentukan daerah populasi yaitu semua siswa di SDN SE-KECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA yang menderita penyakit asma. Data yang di peroleh peneliti adalah sejumlah 20 siswa penderita asma.
2. Sampel                                           
   Menurut Hadi (1984) sampel merupakan bagian dari populasi dari sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus paling sedikit mempunyai sifat yang sama baik kondisi maupun sifat pengkhususannya. Sampel merupakan bagian yang mewakili populasi. Sugiyono (2008) mengatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Umar (2004) berpendapat bahwa sampel merupakan bagian terkecil dari sebuah populasi yang akan dijadikan sarana pengukuran variabel.
Untuk memenuhi azas objektifitas maka pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, dimana penarikan sampel dilakukan dengan memilih dan mengambil sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam penelitian ini sampel telah ditentukan sebanyak 10 siswa dari total populasi 20 siswa.


  1. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan alat pengumpulan data, yaitu angket atau kuesioner. Data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk data kualitatif, dimana data diperoleh langsung dari sumber pertama (sampel). Untuk mengukur  motivasi ini peneliti menggunakan angket dengan sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan.
  1. Instrumen
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya- (Sugiono,2009:305).
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian,
2.      Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3.      Siap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia,
4.      Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
5.      Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika,
6.      Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009: 308).
a. Program Latihan
Program Latihan Terapi Air Untuk mendapatkan keberhasilan program terapi air perlu ditentukan sarana prasarana terutama kedalam kolam renang. Ada beberapa kedalaman kolam air yang diprogramkan yakni 90, 120, dan 180 cm. Pasien asma yang baru pertama kali berlatih berjalan diterapi di kolam dengan kedalaman 90 cm. Kolam dengan kedalaman 120 cm dan 180 cm ditujukan untuk pasien yang ingin melatih sendi dan otot-otot menggunakan alat bantu tambahan, seperti dumbel ataupun bola. Untuk mendapatkan hasil signifikan, program latihan dapat dilakukan terapi selama 6-8 minggu, dengan durasi dua kali seminggu, sekali terapi waktunya 1 jam.
Gerakan berenang juga akan lebih efektif dan aman jika dilakukan secara perlahan. Awali dengan berenang santai selama 5-10 menit. Setelah itu boleh diulangi dengan jangka waktu yang lebih panjang. Frekuensi pun sebaiknya diatur, sekitar 1-2 kali seminggu. Baru, setelah tubuh dirasakan bisa beradaptasi, dapat meningkatkan intensitas dan frekuensinya sesuai dengan kemampuan. Berenang terbilang minim risiko cedera fisik. Hal ini terjadi karena pada saat berenang seluruh berat badan ditahan oleh air (mengapung). Wajar saja
jika berenang kemudian menjadi olahraga yang paling dianjurkan bagi mereka yang kelebihan berat badan (obesitas) dan penderita gangguan persendian tulang atau arthritis.
Namun demikian, ada beberapa hal yang tetap harus diperhatikan sebelum, saat, dan setelah berenang. Misalnya, supaya tubuh tidak ‘kaget’, dianjurkan melakukan gerakan pemanasan dan pendinginan. Mulailah dengan gerakan-gerakan ringan, seperti mengayunkan tangan dan kaki atau berjalan-jalan di sekitar kolam renang selama 10-15 menit. Agar bisa menmemperoleh manfaat renang, hendaklah berenang dengan benar. Kalau hanya bermain-main dengan air memang menyenangkan, tetapi hal ini hanya melibatkan aktivitas fisik yang sangat rendah dan memberikan efek yang kurang maksimal pada tubuh. Dianjurkan dengan bantuan instruktur renang yang berpengalaman.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah keamanan tempat renang demi kesehatan karena pada orang tertentu kejadian sakit akan lebih sering bila berenang. Perhatikan juga kualitas air misalnya: kejernihan, derajat-keasaman (pH) antara 10-11 pH, bahkan polusi, yang bisa saja dapat mengganggu kesehatan. Hal-hal di atas perlu diperhatikan agar
mendapatkan manfaat dari olahraga renang secara maksimal. Perlakuan yang bijak kepada semua jenis olahraga termasuk olahraga renang dapat meningkatkan derajat kesehatan tubuh secara dinamis. Berikut ini disajikan bentuk-bentuk latihan air yang bisa dilakukan :
1. Jalan di air/water jogging yaitu dengan menggunakan beberapa langkah dan gerakan lengan di dalam air.
2. Aerobik air: gerakan ritmik seluruh badan selama 20 menit atau lebih di tempat dangkal atau dalam air. Tujuannya adalah untuk daya tahan jantung paru.
3. Latihan penguatan air: gerakan atas dan bawah badan dengan menggunakan ketahanan air dan atau perlengkapan untuk memperkuat dan membentuk otot.
4. Latihan kelenturan: gerakan yang luas dengan menggunakan seluruh gerakan dan rentangan badan yang penuh.
5. Terapi air dan rehabilitasi: adalah prosedur di air yang diterapkan untuk tujuan kesehatan tertentu.
6. Yoga air dan relaksasi: gerakan mengapung yang mudah dengan air sebagai media relaksasi.
7. Latihan di air yang dalam: merupakan gerakan-gerakan di air yang dilakukandimana kaki tidak menyentuh dasar kolam. Jaket pengapung sebaiknya digunakan.
8. Jogging atau berlari di air yang dalam: simulasi jogging di daratan dan berlari di kolam dangkal digunakan dengan berulang-ulang.
9. Latihan dinding: menggunakan dinding kolam renang untuk mendukung perlindungan berbagai bagian badan.
10. stretching adalah gerakan pelan khusus yang digunakan setelah pemanasan dan pada akhir latihan untuk mengulur otot-otot badan yang telah bekerja keras dan menolong dari cedera.
11.Renang berjarak: berenang dengan memilih berbagai gaya renang yang ada dengan berbagai macam teknik merupakan salah satu pilihan kebugaran.
b. Lembar pengamatan
No.
Nama siswa
Intensitas kambuh tiap pertemuan dan kehadiran penykit asma
1
  2
  3
  4
  5
  6
  7
  8
1









2









3









4









5









6









7









     


5.      Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, misalnya; di lingkungan tertentu dengan berbagai responden, seminar, diskusi, dll. Bila dilihat dari sumber datanya, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer (sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data) dan sumber sekunder (sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya; lewat orang lain atau lewat dokumen). Bila dilihat dari cara atau teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi dan gabungan keempatnya. 
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta dan wawancara mendalam (Sugiono,2008:309).
Berikut ini akan diuraikan beberapa teknik pengumpulan data; yaitu:
1.     Pengumpulan Data dengan Observasi
a.      Macam-Macam Observasi
Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiono (2009:310) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi, observasi yang secara terang-terangan, dan observasi tak berstruktur. Selanjutnya Spradley (Susan Stainback dalam Sugiono,2009:310) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.
       Berikut ini akan dijelaskan macam-macam observasi tersebut, yaitu;
1.     Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Bagian dari observasi ini meliputi;
a.      Partisipasi pasif ialah peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut,
b.      Partisipasi moderat ialah peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan tetapi tidak semuanya (ada keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan menjadi orang luar)
c.      Partisipasi aktif ialah peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber tetapi belum sepenuhnya lengkap,
d.     Partisipasi lengkap ialah peneliti sudah terlibat sepenuhnya trhadap apa yang dilakukan sumber data. Dengan kata lain, pada observasi ini memerlukan suasana yang natural sehingga peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Observcasi ini memerlukan keterlibatan peneliti tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.
2.    Observasi secara terang-terangan atau tersamar
Pada saat melakukan pengumpulan data, peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Pada suatu saat, peneliti juga tidak terus-terang atau tersamar dalam observasi untuk mencari data yang bersifat rahasia.
3.      Observasi tak berstruktur
Observasi ini tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.observasi ini dipakai karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan (Sugiono,2009: 310-313).

b.    Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (1988) menyatakan manfaat observasi adalah:
1.     peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial dan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh,
2.     peneliti akan memperoleh pengalaman langsung sehingga memungkinkan menggunakan pendekatan induktif dan tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya karena pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan,
3.     peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain -khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu- karena telah dianggap “biasa” sehingga tidak terungkap dalam wawancara,
4.     peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak akan pernah diungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif, ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga,
5.      peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden sehingga diperoleh gambaran yang lebih komprehensif,
6.      peneliti dapat mengumpulkan daya yang kaya, kesan-kesan pribadi, dan merasakan situasi sosial yang diteliti (Sugiono,2009:313-314).

c.       Objek Observasi
Objek penelitian yang diobservasi dinamakan situasi sosial yang meliputi;
1.     tempat berlangsungnya interaksi, misalnya; di ruang kelas, bengkel kerja, instansi, dll,
2.      pelaku atau orang-orang yang sedang “memainkan” peran tertentu untuk diobservasi, contohnya; orang tua murid, guru, narasumber, dsb.,
3.     kegiatan yang dilakukan oleh pelaku,misalnya; KBM, upacara adat, musyawarah, dll.,
4.     objek yaitu benda-benda yang mendukung observasi di sekitar lingkungan yang sedang diobservasi,
5.      perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu,
6.     rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh pelaku-pelaku yang diobservasi,
7.      urutan kegiatan pada saat melakukan tindakan-tindakan tertentu,
8.      tujuan yang ingin dicapai pada rangkaian aktivitas yang dilakukan,
9.      perasaan yang dirasakan dan diekspresikan oleh pelaku pada saat  melakukan ramgkaian aktivitas (Sugiono,2009:314-315).

d.      Tahapan Observasi
Tahapan observasi meliputi:
1.      Observasi deskriptif
Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti sehingga peneliti melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam akibatnya hasil observasi disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata (kesimpulan pertama).
2.      Observasi terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan penyempitan observasi untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini disebut observasi terfokus karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.
3.      Observasi terseleksi
Pada tahap ini, peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci.  Pada tahap ini, peneliti telah menemukan karakteristik, persamaan atau perbedaan, kesamaan antarkategori, serta menemukan pola hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain(Sugiono,2009:315-317). 

2.    Pengumpulan Data dengan Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide mela-
 lui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiono,2009:317) dan dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak mungkin bisa ditemukan melalui observasi (Sugiono,2009:318). Penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam (Sugiono,2009:319).
Macam-macam wawancara, antara lain:
1.    wawancara terstruktur
Pada wawancara ini, pengumpul data  telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawaban telah disiapkan, responden diberi pertanyaan yang sama kemudian  pengumpul data mencatatnya, alat bantu yang digunakan biasanya tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar,
2.    wawancara semiterstruktur
Pelaksanaan wawancara menggunakan model ini lebih bebas daripada wawancara terstruktur yaitu narasumber diminta pendapat dan ide-idenya karana tujuan wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
3.    wawancara tidak berstruktur
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data-datanya. Pedoman wawancara hanya menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara ini, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden (Sugiono,2009: 319-321).

Berikut ini merupakan langkah-langkah wawancara, yaitu; (1) menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan, (2) menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, (3) mengawali atau membuka alur wawancara, (4) melangsungkan alur wawancara, (5) mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya, (6) menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, (7) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh (Sugiono,2009:322).
Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara menurut Patton dalam Molleong (2002) terdiri atas enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu; (1) pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman, (2) pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat, (3) pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan, (4) pertanyaan tentang pengetahuan, (5) pertanyaan yang berkaitan dengan indera, dan (6) pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi (Sugiono, 2009:322-328).
Hasil wawancara harus segera dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Jika menggunakan wawancara terbuka dan tidak berstruktur, peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawwancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap penting, tidak penting, dan data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu data dengan data yang lain perlu dikonstruksikan sehingga menghasilkan pola dan makna tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan kepastian (Sugiono,2009:329). 

3.      Pengumpulan data dengan Kuisoner/Angket
a.       Pengertiannya
Menurut (James P. Chaplin dalam Kartono, 2009;217) menyatakan:
Angket merupakan satu set pertanyaan yang berurusan dengan satu topik tunggal yang saling berkaitan, yang harus dijawab oleh subjek. Kuisoner ini digunakan untuk penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dengan cara mengedarkaan formulir daftar pentanyan, diajukan secara tertulis kepada subjek untuk mendapatkan jawaban (tanggapan,respons) tertulis seperlunya.

b.      Macam-macam angket
Dikemukakan oleh Kartono (2009;244-235) macam-macam angket meliputi:
1.  berdasarkan sifatnya terdiri dari; (a) angket umum, angket ini berupaya mendapatkan kesan-kesan umum yang selengkap-lengkapnya. Misalnya psikografi mengenai diri seseorang,(b) angket khusus, angket ini bertujuan untuk mengambil data yang bersifat khusus. Misalnya menyakut karakteristik bakat, inteligensi atau ingatan seseorang.
2. berdasarkan cara penyampaiannya terdiri dari; (a) angket langsung, angket ini diberikan secara langsung kepada orang yang dimintai informasi tentang dirinya sendiri. Misalnya uraian, opini, keyakinan, sikap. (b) angket tidak langsung, berupa pertanyaan yang diminta jawaban mengenai kehidupan psikis orang lain. Misalnya para dokter, guru, hakim, direktur,
3.  berdasarkan objek sasarannya terdiri atas;  (a) angket hereditas, angket ini tercantum banyak pertanyaan yang menyangkut sifat-sifat psikis yang turun menurun serta ciri fisik, (b) angket jabatan / pekerjaan, angket ini berusahan menemukan kemampuan-kemampuan khusus sesorang.
4. angket menurut bentuk strukturnya terdiri dari; (a) angket berstruktur, angket ini bertujuan untuk penelitian formal guna menambah data informative yang berlum lengkap. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusuanan angket berstruktur ini, misalnya dalam penyusunan pertanyaannya dalam harus diperhatikan  bahasa dan kerangka referensi, (b) angket tidak berstruktur, angket ini bertujuan mencari uraian dari informan atau subyuk riset tentang suatu masalah dengan sati penulisan dan penjelasan yang panjang dan lebar.
c.       Cara membuat angket
Berikut ini cara-cara membuat angket, meliputi:
1.         buatlah kata-kata pengantar sebagai pembuka,
2.         perlu dibuat pentunjuk khusus, agar responden dengan mudah menjawab,
3.         item  harus tersusun kalimat yang sederhana, tetapi jelas,
4.         membedakan item pertanyaan yang untuk mengali fakta riil  dan fakta idial,
5.         pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan responden,
6.         hindari pertanyaan yang bersifat sugestif,
7.         menghindari kata-kata yang ekstrim  atau berlebihan,
8.         bentuk angket tidak terlalu panjang dan bertele-tele,
9.         format pertanyaan dikemas yang rapi dan indah,
10.     untuk mendapatkan jawaban yang maksimal dari responden, kita harus memperhatikan waktuyang tepat.




d.      Langkah-langkah pengambilan data melalui angket
Dalam usaha pengambilan data melalui angket perlu memperhatikan: (1) menyiapakan angket yang baik, (2) mempersiapkan surat ijin/ surat pengantar penelitian, (3) memberikan angket pada waktu yang tepat.

Angket penelitian:
Angket penelitian untuk Pengaruh Olahraga Renang Gaya Dada Sebagai Hidro Therapy Terhadap Penurunan Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma SDN Sekecamatan Sukomanunggal.

I.       KETERANGAN ANGKET
    1. Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data objektif dari siswa dalam penyusunan skripsi.
    2. Dengan mengisi angket ini, berarti telah ikut serta membantu kami dalam penyelesaian studi.
II.      PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
    1. Sebelum anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan, terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan.
    2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap paling tepat.
    3. Isilah angket ini dengan jujur serta penuh ketelitian sehingga semua soal dapat dijawab. Dan sebelumnya tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas segala bantuannya.
III.   IDENTITAS SISWA
    1. Nama                           :
    2. Umur                           :
    3. Jenis kelamin               :
    4. Hari/Tgl                       :
  1. IV.   DAFTAR PERTANYAAN
    1. Bagaimana menurut anda tentang hidro therapy yang di terapkan ?
a. Sangat baik                                c.   Kurang baik
b. Baik                                           d.   Tidak baik
    1. Bagaimana menurut anda tentang metode hidro therapy yang diterapkan?
a.       Sangat baik                                 c.   Baik
b.       Cukup baik                                d.   Kurang baik

    1. Bagaimana menurut anda mengenai langkah-langkah hidro therapy yang diterapkan ?
a. Sangat baik                                            c.   Baik
b. Cukup baik                                            d.   Kurang baik
    1. Apakah sarana dan prasarana kolam renang yang di gunakan hidro therapy memadai?
a.       Sangat memadai                                  c.   Memadai
b.      Cukup memadai                                  d.   Kurang memadai

    1. Bagaimana menurut anda tentang kemampuan terapis dalam hidro therapy?
a.       Sangat baik                                            c.   Baik
b.      Cukup baik                                            d.   Kurang baik

    1. Apakah menurut anda kedisiplinan dalam hidro therapy sudah diterapkan?
a.       Sudah diterapkan                               c.   Kurang diterapkan
b.      Cukup diterapkan                              d.   Tidak diterapkan

    1. Apakah hidro therapy efektiv dalam menurunkan intensitas kambuh pada penyakit asma anda ?
      1. Sudah sempurna                             c.   Kurang sempurna
      2. Cukup sempurna                            d.   Tidak sempurna

    1. Apakah anda senang mengikuti hidro therapy ini ?
      1. Sangat senang                                  c.   Kurang senang
      2. Cukup senang                                  d.   Tidak senang

    1. Apakah orang tua anda tahu tentang hidro therapy sebelumnya?
a.       Sangat tahu                                 c.   sekedar tahu
b.      Tahu saja                                    d.   tidak tahu

    1. Bagaimana menurut anda mengenai hidro therapy sebagai cara untuk mengatasi asma ?
a. Sangat setuju                                        c.   Setuju
b. Cukup setuju                                        d.   Kurang setuju
    1. Apakah hidro therapy berpengaruh terhadap penurunan intesitas kambuh anda?
a.       Sangat berpengaruh                         c.   Berpengaruh
b.      Cukup berpengaruh                         d.   Kurang berpengaruh


    1. Bagaimana menurut anda tentang penyampaian terapis tentang hidro therapy?
a.       Sangat baik                                            c.   Baik
b.      Cukup baik                                            d.   Kurang baik

    1. Apakah menurut anda hidro therapy ini pantas untuk dipublikasikan?
a.       Sangat pantas                               c.   Kurang pantas
b.      Cukup pantas                               d.   Tidak pantas

    1. Apakah hidro therapy mempunyai efek samping terhadap kesehatan anda ?
      1. Tidak                             c.   Tidak sama sekali
      2. Iya                                d.   Tidak tahu

    1. Apakah anda keberatan dalam mengikuti hidro therapy ?
      1. Tidak sama sekali                             c.  Keberatan
      2. Tidak                                                d.  Sangat keberatan
16. Berapa lama jeda waktu penyakit asma anda kambuh?

4.      Pengumpulan data secara dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya (Sukardi, 2010:81). Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiono,2009:329).
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih kredibel/dapat dipercaya (Sugiono,2009:329).
Bentuk  dokumen menurut Haris (2010:143-146)  dibedakan menjadi dua, yaitu; (a) dokumen pribadi, seperti catatan harian, surat pribadi, dan autobiografi. (b) dokumen resmi berupa: surat keputusan, memo, surat instruksi, dan surat bukti kegiatan yang dikeluarkan oleh instansi.
Penelitian kualitatif lazimnya menggunakan triangulasi dalam teknik pengumpulan datanya. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada  (Sugiono,2009:330). Misalnya peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (disebut: triangulasi teknik) atau triangulasi sumber yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Manfaat pengumpulan data dengan triangulasi untuk mendapatkan data yang lebih konsisten, tuntas, dan pasti (Sugiono,2009:332). 
5.    Pengumpulan data dengan Focus Group Discution (FGD)
Menurut Hermansyah (2009:232-432) Focus Group Discution (FGD) adalah diskusi kelompok yang terarah pada  masalah yang diangkat peneliti. FGD ini bertujuan untuk berdialog bersama, bertatap muka dengan responden/subjek/informan peneliti guna menghasilkan informasi langsung dari berbagai sudut pandang.
 Ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dalam FGD antara lain; (a) jumlah peserta FGD sekitar 5 hingga 10 orang, (b) peserta FGD harus memiliki sifat yang homogen dan memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama, (c) perlunya dinamika kelompok, peneliti dapat membagi waktu dengan baik dalam FGD
Untuk waktu yang tepat melakukan FGD antara lain; (a) jika peneliti membutuhkan pemahaman yang lebih dari satu sudut pandang, (b) jika terjadi gap komunikasi antarkelompok,  (c) bila peneliti ingin mengungkapkan suatu fakta secara lebih detail dan lebih kaya, (d) bila peneliti membutuhkan verifikasi data yang ditemukan di lapangan.
Adapun komponen yang perlu ada dalam FGD antara lain; (1) fasilitator  yaitu orang yang bertugas untuk memfasilitasi  role atau jalur dan lalu lintas pembicara dalam FGD, (2) observer yaitu orang yang bertugas untuk melakukan observasi selama FGD (3) notulis yaitu orang yang bertugas mencatatan dan merekam setiap pembicaraan berlangsung; peserta yaitu orang-orang yang berkaitan untuk mengemukaakan sudut padang pada masalah yang kita teliti.
Mengadakan FGD membutuhkan ketrampilan dalam mengembangkan dinamika diskusi, mengungkap permasalahan, memotivasi dan menstimulus peserta untuk mengemukakan pendapat, kepekaan dalam menarik benang merah dan menyimpulkan hasil FGD.


6. Metode Bahan Visual
Roland Barthes (Evans dan Hall, 1993:13) mengatakan fotografi sebagai pesan yang tak berkode. Fotigrafi mengungkapkan semua komponen dunia yang dapat diidentifikasi, namun untuk dapat interpretasi haruslah memiliki pengetahuan yang cukup. Apa yang dikatakn olh Barthers sebagai kelebihan dari bahan visual sebagai bahan yang menyimpan berbagai informasi yang sangat berguna di dalam suatu penelitian. Bahan fotografi saat ini jenisnya bermacam-macam seperti foto, grafis, film, video, kartun, mikrofon, slide dll sehingga disebut saja semuanya sebagai bahan visual.
Bahan visual bermanfaat untuk mengungkapkan suatu keterkaitan antara objek penelitian dengan peristiwa dimasa silam  atau peristiwa saat ini. Bahan visual juga memiliki makna secara spesifik terhadap objek atau informan penelitian. Keterkaitan objek dan informan penelitian dengan peristiwa masa lalu ataupun peristiwa saat ini dapat diungkapkan dari beberapa hal: (1) bagaimana hubungan antara pemilik bahan visual dengan peristiwa di masa lalu; (2) apakah lingkungan  soaial di sekitar objek dan informan penelitian saat itu memiliki keterkaiatn dengan sebuah pemaknaan yang dapat digali saat ini; (3) apa makna bahan visual itu dalam kehidupan objek dan informan penelitian saat itu dan saat sekarang (4) sejauh mana bahan visual itu member petunjuk kepada peneliti untuk menemukan bahan informasi baru.
7. Metode Penelusuran Data Online
Perkembangan internet yang sudah semakin maju pesat serta telah mampu menjawab berbagai  kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan para akademisi mau ataupun tidak menjadikan media online seperti internet sebagai salah satu medium atau ranah yang sangat bermanfaat bagi penelusuran berbagai informasi, mulai dari informasi teoritis  maupun data-data primer atau data-data sekunder yang diinginkan oleh peneliti untuk kebutuhan penelitian. Sehubungan dengan itu, maka mau ataupun tidak kita harus menciptakan metode untuk memanfaatkan data online yang begitu banyak tersebar di internet dan begitu banyak yang dapat dimanfaatkan.
Secara teknis menggunakan metode ini mensyaratkan peneliti mempunyai pemahaman teknik  terhadap teknologi informasi, artinya peneliti harus memiliki ketrampilan mengoperasikan computer dan media online seperti umpamanya internet. Peneliti juga dituntut memahami bahasa computer yang didominasi bahasa inggris computer. Pada beberapa situs di Indonesia , telah dirancang menggunakan bahasa Indonesia sehingga lebih memudahkan pencarian.
Berikutnya dalam penelusuran data online peneliti dapat menggunakan bagian-bagian fasilitas tertentu untuk memulai data yang ingin diperoleh.Umumnya setiap website yang lengkap telah disediakan fasilitas direktori yaitu kategori data atau tema/problem apa yang ingin ditelusuri.
7. Teknik Analisis Data
Di dalam analisa statistik ini, nantinya akan menggunakan jasa komputer, yang mana hasilnya dari pengolahan komputer tersebut akan disajikan dalam bab IV. Adapun langkah-langkahnya adalah, sebagai berikut:

Uji– T rumus pendek

Keterangan  :
Mk dan Me  = mean dari kelompok kontrol dan mean dari kelompok eksperimen
å b2                = jumlah deviasi dari mean perbedaan
N               = jumlah subyek

K.  DAFTAR PUSTAKA
Bates A, & Hansen N. (1996). The Principles and properties of water: aquatic Exercies and Terapy. Philadelphia,PA: WB Saunders Co; pages: 21-28.

Chaiton, Leo. (2002). Terapi Air untuk Kesehatan dan Kecantikan. Perestasi pustaka punlisher. Jakarta-indonesia.

Garrioson,Susan J. (2001). Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Alih bahasa: dr. Anton Cahaya Wijaja. Jakarta: hipokrates publisher.

Peni Kusumaastuti, dr. Sp.RM. (2008). Hidroterapi, pulihkan otot dan sendi yang kaku. http://www.gayahidupsehat.com.rabu, 09 januari 2008.